https://www.histats.com/viewstats/?act=1&operation=1002&u=1993123xc1bd05b8b

Sabtu, 20 Agustus 2016

PERBEDAAN ANTARA CERPEN DAN NOVEL



Assalamualaikum kawan, sekarang saya mau berbagi sedikit (serius ini mah) tentang perbedaan antara cerpen dan novel yang dikutip dari Buku “Berkenalan dengan Prosa Fiksi” oleh Dr. Suminto A. Sayuti

Sebelum dibicarakan elemen-elemen yang membangun profasa fiksi secara struktural, terlebih dahulu akan diperkenalkan beberapa hal yang berkaitan dengan pembedaan jenis prosa fiksi, yang biasanya secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu cerita pendek (cerpen) dan novel.

Plot, tokoh, latar, dan lain-lainnya merupakan elemen yang biasanya membentuk kedua jenis karya prosa fiksi itu.  Akan tetapi, pengalaman pembaca dan aprersiator cerpen dapat berbeda dalam beberapa hal jika dibandingkan dengan pengalamannya tatkalaberhadapan dengan novel. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibicarakan beberapa perbedaan antara subgenre itu secara garis besar.

Ditinjau dari segi “panjangnya”, cerpen relatif lebih pendek daripada novel, walaupun ada pula cerpen yang panjang dan novel yang pendek. Secara lebih spesifik, istilah cerpen biasanya diterapkan pada prosa fiksi yang panjangnya antara seribu sampai lima ribu kata, sedangkan novel umumnya berisi empat puluh lima ribu kata atau lebih. Prosa fiksi yang berkisar antara lima belas biru hingga empat puluh lima ribu biasanya disebut novela atau novelet.

Pertimbangan dari segi panjang cerita tersebut pada dasarnya terlampau bersifat teknis dan mekanis, tetapi beberapa kualitas penting kedua subgenre prosa fiksi tersebut memang berkaitan erat dengan panjang pendeknya.

Cerpen

Sebuah cerpen bukanlah sebuah novel yang dipendekkan dan juga bukan bagian dari novel yang belum dituliskan. Sangat boleh jadi bahwa karya yang semula diterbitkan sebagai cerpen, akhirnya diolah kembali dan diterbitkan sebagai novel, atau bagian dari novel tertentu, atau dijadikan dasar penulisan skenario sinetron dan film. Dalam hal ini Pagar Kawat Berduri karya Trisnoyuwono dapat dijadikan contoh kasus. Akan tetapi, hal itu tentu melibatkan penulisan kembali atau revisi yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Penjang pendeknya sebuah cerpen yang bagus merupakan bagian dari pengalaman cerita itu yang paling esensial.

Ada yang mengatakan bahwa cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Dengan kata lain, sebuah kesan tunggal dapat diperoleh dalam sebuah cerpen dalam sekali baca. Akan tetapi, bagaimanakah cerpen dapat memberikan efek atau kesan yang tunggal itu?

Sebuah cerpen biasanya memiliki plot yang diarahkan pada insiden atau peristiwa tunggal. Sebuah cerpen biasanya didasarkan pada insiden tunggal yang memiliki signifikansi besar bagi tokohnya. Misalnya saja dalam Bawuk, sebuah cerpen panjang karya Umar Kayam, tampak pada keputusan Bawuk menitipkan anak-anaknya pada Nyonya Suryo dan dia (tokoh Bawuk sendiri) tetap akan mencari dan mengikuti suaminya, Hasan, yang komunis (selanjutnya lihat Bab Penutup : contoh tulisan yang dihasilkan dari proses “berkenalan” secara suntuk dengan sebuah cerpen).

Di samping hal tersebut, kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan secara penuh karena pengembangan semacam itu membutuhkan waktu, sementara pengarang sendiri sering kurang memiliki kesempatan untuk itu. Tokoh dalam cerpen biasanya langsung ditunjukkan karakternya. Artinya, hanya ditunjukkan tahapan tertentu perkembangan karakter tokohnya. Karakter dalam cerpen lebih merupakan “penunjukan” daripada hasil “pengembangan”. Selanjutnya, dimensi waktu dalam cerpen juga cenderung terbatas walaupun dijumpai pula cerpen-cerpen yang menunjukkan dimensi waktu yang relatif luas.
Ringkasnya, cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat compression ‘pemadatan’, concentration ‘pemusatan’, dan intensity ‘pendalaman’, yang semuanya berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.

Novel

Hampir berkebalikan dengan cerpen yang bersifat memadatkan, novel cenderung bersifat expands “meluas”. Jika cerpen lebih mengutamakan itensitas, novel yang baik cenderung menitikberatkan munculnya complexity “kompleksitas”.
Sebuah novel jelas tidak akan dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Karena panjangnya, sebuah novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu, kronologi, dan hal ini tidak mungkin dilakukan pengarang dalam dan melalui cerpen. Adalah sangat mungkin bagi Ahmad Tohari untuk mengembangkan tokoh Srintil dan Rasus dalam Ronggeng Dukuh Paruk dalam suatu perjlanan waktu tertentu. Hal yang sama tidak mungkin dilakukannya dalam karya cerpennya, Jasa-jasa Buat Sanwirya. Jadi, salah satu efek perjalanan waktu dalam novel ialah pengembangan karakter tokoh. Novel memungkinkan kita untuk menangkap perkembangan itu, misalnya yang sering menjadi kesukaan pengarang novel pertumbuhan tokoh sejak anak-anak hingga dewasa, bahkan seringkali dalam novel tradisional, hinnga akhir hayatnya.

Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik perhatian para novelis. Masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seseorang (baca:tokoh) dalam masyarakat berubah dan berkembang dalam waktu. Karena panjangnya, novel memungkinkan untuk itu.

Akhirnya, jika umumnya cerpen mencapai keutuhan (unity) secara eksklusi (exclusion), artinya cerpenis membiarkan hal-hal yang dianggap tidak esensial; novel mencapai keutuhannya secara inklusi (inclusion), yakni bahwa novelis mengukuhkan keseluruhannya dengan kendali tema karyanya. Dalam kaitan ini, harus dicatat bahwa berbagai hal yang sudah dikemukakan tersebut cenderung dapat dijumpai pada fiksi konvensional.


Sumber : (BERKENALAN dengan PROSA FIKSI karya Dr. Suminto A. Sayuti ; Hal.7-11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar