Alhamdulillah.
Alhamdulillah. Alhamdulillah ya Allah. Mungkin kata itu yang terus aku ucapkan
karena kemurahan hati-Nya padaku hari ini. Dia Sang Maha Kuasa atas segalanya,
Allah swt. Allah telah membuatku, keluargaku, dan sahabat-sahabatku bahagia.
Tak ada yang lebih membahagiakan di dunia ini kecuali melihat kedua orangtuaku
berbahagia; mendengar kabar baik dari anaknya.
Alhamdulillah hari ini
aku berhasil lulus SBMPTN di salah satu Universitas negeri di Bandung,
Universitas Padjajaran. Sempat gagal di tahun pertama (alias tahun kemarin),
akhirnya aku bisa merasakan balasan indahnya di tahun kedua ini. Masya Allah.
Meskipun aku tahu, bahwa ini baru awal mula perjuanganku untuk menuju ke
gerbang kesuksesan. Dan aku berharap, aku bisa melewati masa-masaku sebagai
mahasiswa nantinya, Insya Allah.
Disini aku ingin
bercerita bagaimana lika-liku atau perjuanganku yang penuh ‘batu kerikil’ untuk
bisa lulus tes SBMPTN 2018 ini. Bagi kalian yang ingin membaca kisahku, check this out !
Berawal dari tahun
2017, tepatnya di bulan Februari. Sebagai siswa SMA yang ingin melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, aku pun ikut mendaftar SNMPTN karena alhamdulillah
aku masuk kuota. Kebetulan, aku masuk di 10 besar siswa dengan nilai rata-rata
yang cukup baik lah. Selain SNMPTN,
aku pun ikut mendaftar di SPAN-PTKIN untuk cadangan bila-bila aku tak lulus
SNMPTN. Tapi aku sangat berharap sekali bisa lulus SNMPTN, dan saat itu aku
belum tahu-menahu tentang SBMPTN.
Saat pendaftaran SNMPTN
2017, aku memilih Unpad dan UPI. Sementara untuk SPAN-PTKIN aku memilih UIN SGD
Bandung dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat hari pengumuman SNMPTN di
bulan April, aku dan teman sekelasku bermain di rumah salah satu dari kami
untuk syukuran ulang tahunnya. Pengumumannya sekitar jam 14.00. Aku baru
membukanya sekitar jam 14.30 , dan hasilnya adalah layar merah tanda aku tidak
lulus. Disitu aku kecewa, hatiku patah, rasanya ingin marah tapi marah kepada
siapa. Tapi aku ingat suatu kata, ‘setiap orang itu punya rezekinya
masing-masing’, dan aku rasa mungkin di SNMPTN bukanlah rezekiku.
Setelah pengumuman
kegagalan itu, aku pun langsung mendaftarkan diri di SBMPTN. Aku memilih Unpad
di pilihan pertama dan kedua, sementara IPB untuk pilihan ketiga. Masih ada
waktu kurang lebih dua minggu untukku mempersiapkan SBMPTN. Ketika aku memulai
mengerjakan soal-soal dari buku latihan SBMPTN yang aku beli dari guru BK-ku,
aku merasa pusing dan tak menyangka soal-soalnya begitu sulit. Aku pun belajar
sebisanya. Disela-sela mempersiapkan SBMPTN, hari pengumuman SPAN-PTKIN pun
tiba. Saat itu aku sedang ada di dapur dan langsung membuka website
pengumumannya. Lagi-lagi, kata ‘maaf’ menyerangku kembali. Rasanya cukup kecewa
tapi tidak se-kecewa saat kegagalanku di SNMPTN. Aku pun terus mengerjakan
soal-soal latihan SBMPTN meski dua hari aku harus menginap di suatu tempat
bersama teman sekelasku untuk acara perpisahan.
H-1 pun tiba. Karena
lokasi rumahku jauh dari tempat tes, aku pun menginap di rumah teman sekelasku
yang juga mengikuti SBMPTN. Aku ingat saat itu aku baru tertidur sekitar jam 12
malam dan kembali bangun jam 2 dini hari. Jam 2.30 dini hari aku dan
teman-teman pun berangkat dan serahkan hasilnya pada Allah.
Singkat cerita, kami
pun selesai bertarung dengan soal-soal super sulit. Apa aku bisa
mengerjakannya? Jangan ditanya, aku bisa, tapi hanya sekitar 25% wkwkwk. Untuk
melepas rasa penat, kami pun berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum pulang ke
rumah masing-masing.
Satu bulan kemudian,
pengumuman pun tiba. Saat itu sedang bulan puasa, dan aku berharap ada
keberkahan dari bulan puasa itu. Aku membuka pengumuman itu sebelum adzan
Maghrib- di dapur. Untuk yang ke-sekian kalinya aku ‘ditampar’ oleh kata ‘maaf’
yang menyakitkan itu. Masih mending kata ‘maaf’ karena ditolak wanita, tapi
kata ‘maaf’ yang satu ini sungguh membuat hati ini hancur berkeping-keping
(haha lebay dikit gapapa kali ya). Tapi sejujurnya sebelum pengumuman itu tiba,
aku sudah bicara dengan ibuku perihal jika pil-pahit menimpaku di pengumuman
SBMPTN (mungkin
kalian bisa baca di artikel ini).
Hari-hari pun berlalu.
Aku lalui dengan penuh syukur dan harap. Aku percaya bahwa Allah akan
menggantikannya dengan hal yang jauh lebih baik. Aku percaya rencana-Nya akan selalu
indah pada waktunya. Mungkin Dia ingin melihatku lebih berjuang lagi untuk
mendapatkan apa yang aku inginkan.
Ketika hari-hari
Lebaran telah berlalu, aku pun meminta izin kepada orangtuaku untuk mengambil gapyear , dan alhamdulillah mereka
mendukung penuh keputusan aku. Hari itu pula tepat tanggal 6 Juli yang juga
merupakan tanggal lahirku, aku meluncur ke indoma**t untuk membeli paket
belajar dari sebuah bimbel online yang sudah banyak menelurkan para ‘pemenang’ yang
gagal di tahun-tahun sebelumnya seperti aku ini. Ku pakai uang THR-ku untuk
membelinya, harganya masih kurang dari 500.000 untuk durasi satu tahun. Bukan
bermaksud promosi atau apa, dengan penuh hati bimbel online itu juga yang
menjadi salah satu andil terbesar dalam berhasilnya aku di tahun ini. Bimbel
itu bernama www.zenius.net . Bagi kalian yang ingin mencoba, aku dukung 100%. Recommended sekali.
Lanjut : Aku mulai
belajar lagi, teman-temanku sudah memulai kuliah. Rasanya memang sakit, tapi
harus aku lalui dengan penuh syukur. Aku ingat sebuah kata ‘siapa yang
bersyukur, maka akan ditambahkan nikmatnya’. Temanku ada yang diterima di
negeri, swasta, bahkan ada yang langsung kerja. Sebenarnya aku pun saat itu selagi
mempersiapkan belajar, aku mencuri-curi informasi tentang lowongan pekerjaan.
Tapi alhasil aku belum mendapatkannya.
Meskipun aku telah
ditinggal teman-teman dengan perkuliahan dan pekerjaannya, aku mencoba sabar
dan bangkit. Aku mulai tumbuhkan kembali semangatku untuk belajar materi SBMPTN
untuk tahun depan (2018) . Karena aku adalah anak IPA, aku mengambil paket
SAINTEK sesuai dengan jurusan yang aku inginkan. Aku memulainya dengan menonton
video motivasi belajar, kesalahan metode belajar, tips sukses belajar dengan
baik, dll. Setelah itu aku melanjutkannya ke materi yang sesungguhnya. Dimulai
dari bagian TPA (Tes Potensi Akademik) yang menitik-beratkan logika nalar.
Setelah TPA selesai dengan soal-soalnya, aku lanjut di bagian Matematika Dasar,
Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Dilanjut bagian TKD (Tes Kemampuan Dasar)
mulai dari Matematika IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi. Aku lalui itu semua
dengan lancar meski hanya ada sedikit hambatan pada jaringan internet karena
aku belajar online. Aku habiskan waktuku untuk belajar dari mulai pagi sampai
larut malam di kamar menggunakan notebook, headset, dan tentunya alat belajar
lainnya.
Suatu ketika aku berkenalan
dengan alumni tahun 2016 yang diterima SBMPTN tahun 2017, namanya Abdurrohman.
Ia sekarang berkuliah di UNDIP (Universitas Diponegoro). Aku berbincang
dengannya di aplikasi LINE, aku menanyakan bagaimana metode dia belajar, dll.
Hingga aku pun dimasukkan dalam grup ‘alumni-alumni club’ di LINE. Disitu ada
banyak informasi tentang perkuliahan, try out online, dll.
Karena aku masuk grup
itu, aku pun mencoba untuk mengikuti try out langsung seperti pada SBMPTN
aslinya. Aku mengikutinya di kota Bogor tepat di bulan Januari. Setelah puas
dengan hasil pertama, aku pun kembali mengikuti try out kedua di Sukabumi bulan
April. Alhamdulillah hasil TO ku meningkat. Tes SBMPTN 2018 dilaksanakan
tanggal 8 Mei 2018. Selain try out langsung, aku pun mengikuti berbagai try out
online melalui handphone atau notebook sampai h-7 SBMPTN agar aku siap dan tak
terlalu kaget saat tes nanti.
Perjuanganku bukan
tanpa kendala dan ketakutan kembali gagal, aku sempat sakit beberapa hari
karena selalu tidur terlalu malam. Yang paling membautku takut adalah ketika beberapa
hari menjelang dilaksanakannya tes, ada informasi dari pihak panitia SBMPTN
bahwa sistem penilaian tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Ketika
mendengar itu semua dan membaca di website resminya, aku mulai down (meski
sedikit wkwk). Di grup banyak sekali memperbincangkan mengenai keputusan itu
yang tiba-tiba. Aku sendiri sudah menggunakan strategi tahun lalu dimana ketika
benar mendapat poin 4, salah -1 (minus satu), dan tidak dijawab tidak mendapat
nilai alias 0. Disitu aku bisa memanfaatkan soal-soal yang menurut aku bisa
mengerjakannya agar dapat mendulang poin tinggi.
Mendengar keputusan
itu, aku pun harus merencanakan strategi lain. Mengingat tahun 2018 sistem
penilaiannya berubah menjadi : soal yang bobotnya lebih tinggi (alias soal yang
sulit dikerjakan oleh banyak calon mahasiswa) akan mendapat poin tinggi,
soalnya sedang poinnya pun sedang, dan jika soalnya mudah (alias banyak yang
bisa menjawabnya) poinnya akan rendah. Disitu aku berpikir bahwa aku harus
menghatamkan dan memperdalam belajar Fisika dan memperdalam materi-materi yang
belum 100% aku kuasai. Aku percaya sistem penilaian yang berubah tidak terlalu
mempengaruhi hasil, yang terpenting aku bisa mengerjakan soal dengan baik
dengan usahaku selama ini dan tentunya pertolongan dari Allah dan doa-doa orang
tersayangku.
Tibalah h-1. Disitu
tidak ada kata belajar lagi, tidak ada kata buka buku lagi, dan tidak ada
mengerjakan soal lagi. H-1 aku pergunakan untuk mengirim pesan kepada
orang-orang terdekatku. Aku meminta doa agar dimudahkan dalam tes dan diberikan
hasil yang terbaik. Tak lupa aku pun meminta ridho kepada kedua orangtuaku.
Alhasil aku pun merasa tenang dan lega sebelum ujian keesokan harinya. Aku tes
di tempat yang sama ketika aku tes SBMPTN tahun lalu. Aku pun sedikit
diuntungkan karena setidaknya aku tahu lokasinya dimana.
Aku berangkat dari
rumah pukul 03.35 pagi bersama saudaraku menggunakan motor. Sebelum berangkat
aku kembali meminta doa dan ridho dari orangtuaku. Aku menyalami tangannya
dengan erat dan penuh harap; semoga apa yang anakmu perjuangkan ini akan
membuahkan hasil yang bisa membuatmu bahagia. Dengan menggunakan jaket biruku,
aku pun berangkat dengan mengucap Basmalah.
Meskipun jalanan sempat
macet, akhirnya aku sampai jam 05.30 satu jam setengah sebelum tes dimulai.
Karena aku belum shalat shubuh, aku pun mencari masjid di sekitar sekolah.
Alhamdulillah aku bisa shalat di salah satu mushola. Disitu banyak sekali para
calon mahasiswa yang diantar oleh orangtuanya; ada yang dengan mobil, motor,
angkutan umum, ataupun jalan kaki karena dekat dengan rumahnya. Bahkan ada yang
sampai menginap di warung dekat tempat tes demi tidak terlambat karena jika
terlambat kita akan langsung tidak diikutsertakan dalam proses penyeleksian
mahasiswa.
Tak lupa aku pun
membawa perbekalan makanan dan juga kopi di botol minuman. Haha mungkin konyol,
tapi hal kecil ini mampu membantuku saat mengerjakan soal. Berkaca pada
pengalaman tahun lalu, aku sangat ngantuk ketika mengerjakan soal pada sesi
yang kedua padahal disitu ada lumbung nilai. Oh iya bagi kalian yang belum tahu
tes SBMPTN khususnya bidang Saintek dimulai pukul 07.30 dan diakhiri jam 09.15
untuk materi TKPA (TPA 45 soal, Matdas 15 soal, Bhs Indonesia 15 soal, dan Bhs
Inggris soal). Jam 09.15 sampai 09.45 kami istirahat. Pukul 10.00 sampai 11.45
kami kembali mengerjakan soal bidang TKD Saintek (Matematika, Fisika, Kimia,
dan Biologi masing-masing 15 soal). Total soal yang harus aku kerjakan adalah
150 soal.
Terbukti, kopi itu
menjagaku tetap melek saat mengerjakan soal hahaha. Meskipun tidak semua soal
aku kerjakan, tapi aku merasa puas ketika sudah keluar ruangan ujian. Aku
begitu yakin dengan jawabanku meski tidak 100%. Setidaknya, apa yang aku
kerjakan tahun ini jauh lebih baik ketimbang tahun kemarin.
Tidak ingin seperti
tahun kemarin (hanya mengandalkan SNMPTN, SPAN-PTKIN & SBMPTN), tahun ini
aku mempunyai plan-b agar tidak
terlalu panik ketika aku gagal di SBMPTN kedua ini. Aku mencari-cari informasi
untuk mendaftar baik di UM PTN (Ujian Mandiri Perguruan Tinggi Negeri) maupun
UM PTS (Perguruan Tinggi Swasta).
Setelah dua bulan kulalui,
lebaran pun telah usai, hari yang ditunggu pun tiba. Seharian aku senam jantung
hahaha. Aku takut bila aku akan mengecewakan orangtuaku untuk kedua kalinya.
Mulanya pengumuman akan dibuka pada pukul 17.00, tapi sekitar jam 12 siang aku
menerima kabar bahwa pengumuman dimajukan dua jam menjadi pukul 15.00 WIB.
Disitu jantungku semakin berdebar kencang, lebih berdebar dibanding ketika
bertemu dengan gebetan hahaha.
Aku menunggu pengumuman
sambil bermain gadget di kamar,
sambil melihat cuplikan video pertandingan Piala Dunia 2018 Belgia vs Jepang
wkwkwk, tetapi jantung ini makin berdebar. Tepat jam 15.05 aku memberanikan
diri membuka notebook dan mengaktifkan jaringan internetnya. Tidak seperti
biasanya, websitenya lancar tidak error. Sebelum ashar tiba, aku pun
memberanikan diri mengetikkan nomor peserta dan tanggal lahirku dengan tangan
gemetaran. Aku pun memencet enter sambil memalingkan muka ke bawah. Setelah
kupalingkan kembali wajahku ke layar notebook, Allahu Akbar Masya Allah
Alhamdulillah, aku tidak lagi ditampar dicambuk oleh kata ‘maaf’ yang
menyakitkan itu. Kini kata ‘maaf’ itu bertransformasi menjadi kata ‘selamat’.
Spontan, aku langsung berteriak memanggil ibuku 3x yang sedang menonton
televisi. Ibuku langsung menuju kamarku dan aku langsung menunjukkan kata
‘selamat’ itu. Sontak ibuku bahagia haru langsung memelukku, menciumku, dan
mengusap kepalaku. Aku sebagai lelaki yang hampir tidak pernah menangis, saat
itu juga air mata mengucur di pipiku tanpa ku inginkan kehadirannya. Ternyata
seperti itu rasanya sebuah ‘kemenangan’ dan kata ‘selamat’. Aku langsung
bersujud syukur dan tak lupa mengucapkan banyak sekali syukur kepada Allah.
Hatiku bergetar, lemas, dan rasa cemas lelah itu telah sirna seketika. Berganti
rasa senang, bahagia haru, dan bangga. Aku diterima di jurusan dan Universitas
impianku, Agroteknologi Universitas Padjajaran.
Tiada yang sempurna
kecuali Allah swt. Mintalah padanya, mohonlah padanya berkali-kali disetiap
shalatmu atau ibadahmu yang lain. Karena doa berulang-ulang itu seperti sepeda
yang dikayuh berkali-kali yang nantinya akan mengantarmu ke tempat tujuan.
Usaha dengan dibarengi doa dan ibadah, insya Allah apa yang kamu inginkan akan
terlaksana.
Jangan sesalkan apa
yang telah terjadi. Bangkitlah dari segala keterpurukanmu. Bila kamu gagal hari
ini, itu tanda bahwa Allah telah merencanakan hal yang jauh lebih baik dan
indah dari hari ini. Jangan kecewa dengan hasil burukmu dan jangan marah
terhadap hasil baik orang lain. Kesuksesan orang lain bukanlah kegagalanmu.
Salam,
Erfransdo
Mahasiswa Baru
Universitas Padjajaran 2018
PS : maaf tulisannya terlalu
panjang hehe :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar