Pada
tanggal 12 Desember 2018 yang lalu, aku dan teman-teman melakukan kegiatan
kuliah lapangan di Kebun Raya Cibodas yang terletak di Kompleks Hutan Gunung
Gede Pangrango, Desa Cimacan, Cipanas, Cianjur. Disana kami disuguhi berbagai
pemandangan yang begitu indah memanjakan mata. Udaranya begitu dingin,
kebetulan lokasinya tepat berada di pegunungan. Kebetulan juga saat itu sedang
masuk musim hujan, jadilah kami harus memakai pakaian berlapis agar tidak
kedinginan. Ketika sampai disana pun, gerimis sudah jatuh membasahi tubuh kami.
Beberapa
dari kami pun memilih untuk berteduh terlebih dahulu, namun ada juga yang dari
kampus sudah melakukan persiapan dengan membawa payung. Dosen-dosen kami yang
membawa anaknya pun berteduh dahulu, ada juga yang membawa jas hujan. Aku yang
tak membawa payung atau jas hujan pun ikut berteduh bersama teman-teman di
ruangan yang cukup besar yang ada di Kebun Raya Cibodas meskipun aku sendiri
memakai topi. Di ruangan itu ada beberapa foto atau gambar mengenai informasi
yang ada di Kebun Raya Cibodas.
Setelah
beberapa menit berteduh, hujan pun mereda. Sebenarnya bukan hujan sih, hanya gerimis saja. Namun ya karena kebanyakan orang Indonesia
takut dengan air hujan, kegiatan pun sempat tertunda selama beberapa menit.
Disana
kami dipandu oleh dua orang yang sudah ahli dalam ilmu botani. Mereka adalah
peneliti yang ada di Kebun Raya Cibodas. Aku lupa nama mereka berdua, yang aku
ingat adalah bahwa salah satu peneliti sedang menempuh S2 di perguruan tinggi
yang ada di Bogor. Peneliti itu menyelesaikan S1 nya kalau tidak salah di
daerah Jawa, entah Universitas Diponegoro atau Universitas Airlangga atau Universitas
Jenderal Soedirman, aku tidak begitu ingat.
Kami
dibagi menjadi dua tim, yang satu dengan peneliti yang sedang menempuh S2 itu,
dan satu tim lagi dengan seorang peneliti yang lebih senior dari peneliti tadi.
Kebetulan aku kebagian di tim—sebut saja Kak Andi, karena aku mengingatnya
begitu hehehe. Kak Andi ini yang
sedang menempuh S2 itu. Tim kami diberi nama tim 1 sementara tim yang satunya
lagi diberi nama Tim 2—tidak ada
istimewanya ya wkwk.
Pertama-tama,
Kak Andi memperkenalkan Kebun Raya Cibodas Cianjur ini kepada kami sambil
menggunakan TOA karena jumlah kami
para mahasiswa cukup banyak ditambah sedang berada di lapangan yang terbuka.
Kami diberi tahu mengenai asal-mula Kebun Raya Cibodas ini, mulai dari sejarah
berdirinya, siapa saja pengelolanya, apa saja yang ada di dalamnya, fungsinya,
sampai penjelasan mengenai Kebun Raya yang ada atau tersebar di Indonesia,
seperti Kebun Raya Bogor yang ada di—ya Bogor pastinya hehe.
Banyak
dari kami yang merekam penjelasan Kak Andi menggunakan gadget-nya masing-masing, ada pula yang mencatatnya di buku catatan
kecil ataupun buku kuliah, dan ada pula yang hanya mendengarkan—entah mengerti
atau tidak gekgekgek 😊. Aku sendiri mengkolaborasikan ketiga hal tersebut.
Jika dirasa terlalu cepat menerangkan, aku pun mengeluarkan handphone lalu merekamnya. Jika dirasa
bisa dicatat, aku pun mencatatnya di buku catatan kecil. Namun jika dirasa
begitu rumit untuk dicatat, aku memilih untuk mendengarkannya saja sambil
menikmati udara disana.
Setelah
Kak Andi selesai menjelaskan mengenai sejarah dari Kebun Raya Cibodas ini, kami
pun diajaknya berkeliling Kebun Raya Cibodas untuk melihat berbagai macam
tumbuhan atau tanaman yang ada disana. Sejauh mata memandang, aku menyaksikan
rumput yang begituuu luas ditambah
dengan pemandangan indah pepohonan yang menjulang besar. Kami begitu dimanjakan
dengan keanekaragaman hayati yang ada disana.

Namun
kami tidak bisa leluasa kesana-kemari sendiri-sendiri melihat keindahan pepohonan
besar itu karena kami harus terus-menerus berada dalam rombongan untuk
mendengarkan penjelasan dari Kak Andi. Bukan takut kesasar atau apa, namun kami harus menyimak penjelasan Kak Andi
karena minggu depannya setiap mahasiswa harus membuat laporan kuliah lapangan
untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. Jadi, kami pun tidak bisa bebas
berjalan-jalan karena disana kami bukan untuk berjalan-jalan, namun kuliah lapangan. Namun meskipun begitu, ada saja mahasiswa yang nakal
memisahkan diri dari rombongan dan memilih untuk berburu foto untuk dijadikan
kenang-kenangan—termasuk aku ini hahaha.

Tumbuhan
yang pertama kali Kak Andi perkenalkan kepada kami adalah pohon bernama Macadamia sp. Marga Macadamia mempunyai 9 jenis, termasuk ke dalam suku Proteaceae, terdistribusi dari Australia
sebelah timur 7 spesies, dan dari Indonesia (Sulawesi) ada 1 spesies yaitu Macadamia hildebrandii (C.G.G.J. Van
Steenis, 1958). Aku cukup takjub mendengarkan penjelasan dari Kak Andi yang
begitu lancar seakan tumbuhan atau pepohonan itu menjadi temannya saja. Aku selalu siap siaga memegang handphone untuk merekam penjelasan Kak
Andi yang begitu serius dan jelas.
Selanjutnya
kami dikenalkan dengan pohon bernama Castanopsis
javanica yang termasuk dalam suku Fagaceae. Pohon yang cukup besar ini
bisa mencapai tinggi 400 m dengan diameter 100 cm. Batangnya lurus dengan kulit
luar beralur dangkal. Daunnya agak berbentuk bulat panjang agak jorong,
permukaan atasnya berwarna hijau abu-abu dan permukaan bawahnya berwarna coklat
keemasan.
 |
Castanopsis javanica |
Tak
lama setelah itu kami dikenali lagi dengan pohon atau tumbuhan yang lainnya.
Kali ini Kak Andi memperkenalkan Cinnamomum
burmannii atau biasa kita kenal dengan kayu manis. Kayu manis merupakan
jenis tumbuhan Angiospermae atau
tumbuhan dengan berbiji tertutup. Angiospermae
merupakan tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
selain tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae).
Spesies
kayu manis ini berasal dari Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara.
Tumbuhan ini biasa digunakan sebagai rempah-rempah, tanaman hias, maupun
tanaman hutan. Kulit kayu C. burmannii memiliki bau aromatik sehingga sering
digunakan sebagai bumbu (kayu manis), parfum, maupun obat-obatan.


Aku
pun tidak lupa untuk mengabadikan pohon-pohon yang berada di Kebun Raya Cibodas
ini, termasuk pemandangan indah lainnya dari keanekaragaman hayati di tempat
ini. Berbicara tentang keanekaragaman hayati, bulan Mei 2019 lalu atau dua
bulan yang lalu Indonesia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati 2019 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam acara
peringatan tersebut, Indonesia disebut sebagai negara dengan keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia dibawah Brazil yang menempati peringkat pertama.
Tidak heran sih karena di bumi
pertiwi tercinta ini banyak sekali jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang tersebar
di ribuan pulau Indonesia, termasuk di Kebun Raya Cibodas, Cianjur.
Lanjut
lagiiii
Kali
ini kami diajak ke arah utara. Dari berbagai pohon yang aku lihat saat itu, aku
hanya mengenali satu saja. Aku seperti tidak asing dengan pohon dan buahnya.
Disana aku menemukan pohon pinus atau nama latinnya adalah Pinus merkusii. Pinus ini merupakan tumbuhan runjung (Pinophyta) dengan daunnya yang berbentuk
seperti jarum. Tumbuhan ini berumah satu, dengan kata lain bahwa organ kelamin
jantan dan betinanya terpisah namun masih dalam satu individu. Bentuk pohonnya
seperti kerucut.
 |
Buah pinus |
Selain
melihat pohonnya, aku pun menemukan buahnya di sekitaran area pohonnya. Buah
pinus biasa disebut sebagai kacang pinus. Awalnya aku tidak tahu bahwa kacang
pinus bisa dimakan, tapi mendengar penjelasan dari Kak Andi ternyata kacang
pinus memang bisa dimakan. Ya iyalah namanya
juga kacang hehe. Menurut Kak Andi, kacang pinus ini adalah biji dari pohon
pinus yang dapat dimakan. Namun meskipun bisa dimakan, produksi kacang ini
untuk dikomersialkan masih terbatas karena ukuran dan hasilnya yang tidak
banyak.
Setelah
berkeliling melihat dan mengamati pepohonan yang ada disana, kami pun dikenali
oleh Kak Andi dengan berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai
obat-obatan alami. Disitu kami diperkenalkan dengan tanaman bernama Centella asiatica (L.) Urb atau yang
sering kita kenal sebagai pegangan atau antanan yang konon juga katanya dapat
digunakan sebagai obat peningkat daya ingat. Coba aja guys hehe. Tanaman ini tumbuh liar didekat sawah atau didekat selokan-selokan. Pegangan atau antanan ini dapat dimakan secara langsung dapat
juga sebagai lalapan atau campuran untuk membuat asinan. Selain sebagai sumber
pangan, pegangan juga dapat bermanfaat bagi kesehatan diantaranya sebagai
pereda demam, wasir, bisul, mengobati mata merah, batuk kering, bahkan untuk
menambah nafsu makan serta mengatasi darah tinggi.
FYI, tanaman dan tumbuhan itu ada
bedanya guys. Bagi kalian yang belum tahu, sederhananya tanaman itu adalah
jenis organisme yang ditanam langsung oleh manusia. Sementara kalau tumbuhan
itu adalah jenis organisme yang tumbuh sendiri di alam tanpa bantuan tangan
manusia—itu kata dosenku.
Selain
tanaman pegangan, di Kebun Raya Cibodas juga ada tanaman bernama Euchresta horsfieldii (Lesch.) atau
biasa disebut dengan Ki Jowo. Tanaman ini termasuk ke dalam family Fabaceae. Tanaman Ki Jowo ini termasuk
ke dalam keluarga polong-polongan. Ki Jowo memiliki biji yang berbentuk lonjong
dan dipercaya dapat digunakan untuk mengobati batuk darah, aprodisiak, pelancar
air seni, mengurangi keputihan, dan mengencangkan daerah kewanitaan serta dapat digunakan untuk mempertahankan stamina.
Puas
dengan mengamati tanaman obat-obatan, kini kami diajak melihat tanaman yang
disimpan di dalam sebuah ruangan berkawat. Mungkin hal tersebut untuk mengurangi kejahilan
wisatawan atau pengunjung yang ada disana. Kami dikenali dengan tanaman bernama Nepenthes atau sering kita kenal dengan
tanaman kantong semar. Bentuknya unik dan warnanya begitu indah. Uniknya lagi,
tanaman ini merupakan salah satu tanaman karnivora yang berada di kawasan
tropis Dunia Lama (Indonesia, RRT bagian selatan, Indochina, Malaysia,
Filipina, dll).
 |
Nepenthes atau kantong semar
|
Pada
ujung tanaman kantong semar terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang
digunakan untuk memakan mangsanya (seperti
serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam perangkapnya. Kantong
ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak tersedia pada
habitat tumbuhnya.
Setelah
berpisah sekian jam, akhirnya regu/tim kami (tim 1), tim Kak Andi bertemu
dengan tim yang lainnya (tim 2). Kami bertemu di tempat dekat air mengalir yang
begitu jernih. Disitu juga kebetulan kami dikenalkan oleh kedua pemandu dengan
bunga yang terkenal besar, yaitu bunga bangkai, yang sering kita kenal dengan
bunga Rafflesia. Bunga bangkai yang
ada di Kebun Raya Cibodas ini adalah termasuk ke dalam jenis Rafflesia rochussenii. Bunga ini pernah
mekar di Kebun Raya Cibodas terakhir pada 1 Juli 2011, sekitar 8 tahun yang
lalu.

Melihat
pemandangan bunga yang begitu besar dan indah, aku pun tidak ingin melewatkan untuk
mengabadikan momen itu. Aku berusaha untuk memotret pemandangan itu. Namun
rasanya aku akan kesulitan mendapatkan gambar itu karena disana banyak sekali
mahasiswa—yang aku tak tahu namanya satu-satu—yang berebutan untuk mendekati
bunga ini yang disimpan di dalam ruangan berkawat, sehingga aku pun hanya
mendapatkan hasil gambar yang seadanya saja. Meskipun aku hanya berhasil
menangkap potret ujung dari bunga tersebut, aku tetap puas karena berhasil
mengabadikan momen itu. Coba saja kalau timku tidak bertemu dengan tim 2 saat
mengamati bunga bangkai terbesar itu, mungkin aku bisa memotretnya dengan
posisi yang lebih dekat dan leluasa.
 |
Salah satu bunga Rafflesia di Kebun Raya Cibodas |
Setelah
berjam-jam mengelilingi Kebun Raya Cibodas, hujan pun kembali turun membasahi
tubuh kami. Kali ini hujan lebih besar daripada saat kami tiba di tempat ini.
Karena materinya dirasa cukup serta mengingat durasi waktu, kami pun terpaksa
mengakhiri menyusuri keanekaragaman hayati Kebun Raya Cibodas. Karena waktu
sudah menunjukkan waktu ashar, kami pun bergegas menuju masjid yang ada disana
dengan terburu-buru agar baju kami tidak terlalu basah terkena hujan. Air
disana begituuu dingin. Ketika wudhu
pun aku sangat gemetar dibuatnya. Namun karena kewajiban, aku dan teman-teman
muslim yang lain pun tidak begitu mempedulikannya. Kami pun shalat ashar
berjamaah disana dengan ditemani oleh hujan yang semakin deras—sebelum pulang
ke kosan masing-masing.
Indonesia
menyimpan berbagai kekayaan alam yang tak dimiliki oleh banyak negara di dunia.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang begitu besar. Begitu banyak
manfaat yang didapat dari keanekaragaman hayati ini, mulai dari sumber pangan,
sandang, papan, hingga berperan besar dalam kesehatan. Maka dari itu, sebagai
warga negara yang baik, kita mesti tetap konsisten menjaga alam Indonesia,
menjaga keanekaragaman hayati Indonesia, janganlah sampai kita mengotorinya dan
merusaknya dengan perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Tetaplah rawat bumi
pertiwi kita ini agar Indonesia bisa semakin menjadi contoh bagi dunia.
Erfransdo
Sukabumi, 15 Juli 2019
#KeanekaragamanHayati2019
#IDB2019KKH
Bonus