https://www.histats.com/viewstats/?act=1&operation=1002&u=1993123xc1bd05b8b

Selasa, 31 Desember 2019

Sepenggal Kisah di 2019, Selamat Datang 2020

Tak terasa ya, tahun 2019 akan segera berakhir, sekitar 74 menit lagi ketika aku mengetik huruf-huruf ini. Tahun 2019, bagiku cukup banyak moment yang menurutku spesial, walaupun tidak begitu istimewa. Ada beberapa hal yang aku lewati, dan juga bertemu dengan orang-orang baru dan juga pengalaman baru.

2020 akan segera tiba, dan bagiku tidak ada yang spesial, meski beribu-ribu orang berusaha untuk merayakannya. Bagiku pergantian tahun ini layaknya pergantian hari seperti biasanya saja, hanya saja bagaimana kita dapat menyikapinya. Resolusi-resolusi yang digaung-gaungkan mereka hanya bisa aku amiini saja, semoga apa yang mereka harapkan dan juga aku harapakan dapat menjadi kenyataan.

Setelah 2019 berakhir, maka tidak ada tahun masehi dengan angka belasan di belakangnya, kita mesti menunggu seribu tahun lagi untuk merasakan masehi dengan angka belasan di belakangnya. Tahun-tahun selanjutnya akan diganti dengan angka puluhan, yang mana beriringan dengan usiaku yang sudah berkepala dua.

Harapanku sama seperti harapan-harapan di hari kemarin. Aku ingin meraih banyak pengalaman, teman-teman baru, prestasi baru, perjalanan baru, pencapaian baru, dan atau akan ada seorang spesial yang dapat membuat hari-hariku jadi lebih berarti dan berwarna.

Selama satu tahun ini, sudah ada beberapa tempat aku tapaki, tangan aku salami, dan juga pengalaman aku kantongi. Banyak pelajaran yang dapat aku petik dari hal-hal yang telah aku lewati sepanjang tahun 2019. Hal yang paling tak bisa aku lupakan di tahun 2019 ini ketika aku berada di Banten 4 bulan yang lalu. Saat itu aku sedang ada di gunung yang tidak terlalu tinggi, dan ketika malam gempa besar mengejutkan aku dan teman-teman yang ada di sana. Namun Tuhan masih sayang pada kami karena kami masih baik-baik saja.


(Makan bersama di tenda besar, satu hari setelah kejadian gempa di Banten)

Di akhir tahun, sekitar satu minggu lebih yang lalu aku menyempatkan untuk berjalan-jalan seorang diri ke beberapa tempat di Bandung. Karena cukup penat dengan lika-liku di kampus, aku pun memutuskan untuk memanjakan diri ini setelah UAS selesai. Aku begitu menikmati perjalanan seorang diri tanpa harus ada sesuatu yang membuatku risi. Ketika berangkat cuaca cukup panas, namun ketika hendak pulang Bandung diterpa hujan deras. Namun aku menikmati itu semua, karena aku dapat melihat semua lalu-lalang kegiatan masyarakat di sana, terlebih ketika hujan datang. Banyak pemandangan yang membuat hatiku seakan tenang dan mengucap syukur.


Tahun 2020 akan segera tiba, tak ada yang spesial memang, hanya sekadar pergantian tahun dengan sebuah angka. Namun perjalanan akan tetap ditempuh, dan perjalanan jangan dinodai dengan mengeluh. Lelah pasti menerjang kita, namun lelah adalah hal yang lumrah. Tidak ada insan yang tak lelah menempuh perjalanan ini. Jika lelah, beristirahatlah sejenak untuk lupakan penat yang penuh sesak. Setelah itu, kaki harus tetap melangkah dengan rasa sabar dan tabah.

Salam hangat,
Erfransdo
Sukabumi, 31 Desember 2019
23.16 WIB

Rabu, 25 Desember 2019

Aku Rindu Kamu, Boleh 'kan Ya?

Entah apa yang membuatku kembali teringat kepadamu, tapi inilah yang aku rasakan detik ini. Ya, aku merindukan masa-masa itu. Meskipun semesta tak mengizinkan aku untuk merindukan tentang kamu, namun aku masih boleh kan merindukan kenangannya?

Izinkan aku untuk bercerita kembali tentang masa-masa putih biru kita dahulu, kita? Haha, lucu memang ketika aku seorang bocah ingusan yang mulai melukiskan rasa pada adik kelas yang sebelumnya tak pernah aku kenali. Teringat dahulu, mungkin sekitar tahun 2012, ketika aku melihat kamu masih berseragam putih-merah--pulang seorang diri ke rumah yang entah aku tak tahu di mana. Saat itu, aku masih kelas 2 SMP, dan aku masih begitu buta akan hal cinta. Namun jika diingat-ingat lagi, hal itu memang sungguhlah lucu. Tapi izinkan aku untuk menikmati masa-masa itu haha.

Satu tahun kemudian, barulah kamu beranjak ke kelas satu SMP, dan aku naik kelas tiga. Aku kembali melihat wajahmu setelah aku melihat wajahmu untuk pertama kalinya beberapa bulan yang lalu--meski aku tak tahu kamu melihatku atau tidak. Di situ aku mulai mengagumi dan mungkin bahkan ingin berlabuh di hatimu.

Beberapa waktu berlalu, aku dan kamu sering bertukar sapa melalui ponsel jadul pada zamannya, haha. Bodohnya, ketika aku sering berpapasan denganmu, aku seakan tidak melihatmu dan malah berlalu begitu saja. Ketika parasmu sudah tidak terlihat, aku menyesal-semenyesalnya pada temanku karena aku tak berani menyapamu.

Pada suatu waktu, aku seakan diberikan kesempatan oleh semesta untuk "menggenggam tanganmu" di waktu malam itu. Aku yakin, pasti kau tidak akan pernah sadar bahwa yang menuntunmu saat itu adalah aku. Kalian bingung? Haha, sebentar aku jelaskan. Saat itu, ada pemilihan anggota OSIS-MPK di sekolahku, dan kebetulan aku adalah panitianya karena kebetulan juga aku adalah ketua MPK saat itu. Seperti pelantikan pada biasanya, pasti ada moment di mana sesi jerit malam untuk menakut-nakuti calon anggota sebelum disahkan menjadi anggota tetap. Dan ketika itu aku diberi tawaran oleh temanku untuk menuntun dia dengan mata ditutupi oleh kain. Pengecut memang haha, beraninya hanya saat dia tidak sadar akan keberadaanku. Dengan hati yang berdebar, aku pun memberanikan diri untuk menuntun dia dengan tanganku agar dia tidak terjatuh. Dan hal itu tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, haha.

Beberapa bulan berlalu, aku tidak lagi aktif di kegiatan OSIS-MPK karena lebih fokus untuk menghadapi ujian di sekolah. Hingga pada akhirnya aku pun lulus dari SMP. Aku ingat saat hari perpisahan sekolah, ketika kamu memberi pesan ketika malam kepadaku yang membuat aku girang setengah mati haha. Ya mungkin itu pesan spesial terakhir darimu untukku sebelum kita memilih untuk berjalan masing-masing di kesempatan yang berbeda.

Hingga tidak terasa, bahwa 5 tahun lebih kita berpisah, dan tak ada satu kesempatan pun yang membuat kita bisa hanya sekadar menanyakan kabar atau bertegur sapa di dunia maya. Ya mungkin semesta belum memberikan kesempatan untuk hal itu.

Dan, waktu 5 tahun itu bukanlah waktu yang singkat namun tidak juga begitu lama karena banyak yang telah masing-masing kita lalui. Aku setidaknya tahu siapa yang membersamaimu karena kita ada dalam satu teman di media sosial. Sesekali mungkin aku ingin melihat kesibukanmu melalui dunia maya, dan hanya sepintas saja berharap kau akan baik-baik saja.

Hingga pada saatnya, aku tak mampu menyembunyikan rasa rinduku padamu. Ya meskipun aku tidak tahu kau masih bersama dengan kekasihmu atau tidak, yang aku harapakan kau akan selalu baik-baik saja. Karena waktu itu aku pernah berkata pada hatiku bahwa aku akan selalu mencintaimu apa pun yang terjadi, maafkan atas kelancanganku itu. Saat ini, detik ini, aku begitu rindu pada kamu yang entah masih seperti dahulu atau tidak, namun yang pasti aku sungguh rindu akanmu dan kenangan-kenangan dahulu.

Mungkin kita tak akan pernah tahu kapan kita akan dipertemukan di sebuah kesempatan, mungkin saja waktu yang akan menjawabnya atau mungkin semesta tidak akan pernah mengizinkan hal tersebut. Perpisahan memang hal yang begitu menyesakkan, namun pertemuan akan menjanjikan kebahagiaan yang tak terduga. Tidak kah kau ingin merasakan kebahagiaan walau sesaat? Meski pada akhirnya perpisahan akan kembali terulang?

-E-