https://www.histats.com/viewstats/?act=1&operation=1002&u=1993123xc1bd05b8b

Jumat, 25 November 2016

Timnas Garuda ke Semi Final Piala AFF 2016

Tak terasa, Timnas Garuda Indonesia kembali ke kancah internasional untuk mengikuti turnamen Piala AFF Suzuki Cup 2016 yang dulu dinamakan sebagai Piala Tiger atau sponsor minuman dari Negeri Singa atau Singapura negara yang bersih.

Tahun 2010 adalah tahun dimana Timnas Indonesia sedang maju-majunya dengan melangkah ke babak puncak dengan melawan Sang Musuh Bebuyutan; Malaysia. Di penyisihan group, saat itu Indonesia mampu meraih poin sempurna; yaitu 9 poin. Di pertandingan perdana, Indonesia mampu menggulung Malaysia 1-5 meski sempat tertinggal terlebih dahulu 1-0 oleh pemain Malaysia. Namun, sebagai mental juara Indonesia mampu memenangkan laga itu dengan baik. Dan setelah itu, Indinesia pun menampilkan permainan yang garang hingga mampu melaju ke babak final melawan tim yang pernah satu grup dengan Indonesia; Malaysia.

Namun apa dikata, Indonesia yang mampu membantai Malaysia di penyisihan grup, ternyata tidak bisa mengulang kesuksesan itu lagi setelah pada laga pertama babak final (leg 1) Indonesia takluk di Malaysia dengan skor 3-0 tanpa balas. Meski sempat menang di Indonesia dengan skor 2-1, Indonesia tetap tak bisa merengkuh gelar juara akibat kalah dalam aggregat. Yang dipecundangi di awal pun akhirnya bisa merebut juara dari yang memecundangi sejak awal. Ya itulah namanya sepakbola, kadang bisa diduga atau sama sekali tidak terduga. Indonesia pun kembali pada julukannya yang sering melaju ke final, namun tak mampu juara.

Setelah 2010, timnas senior Indonesia pun seakan semakin tidak menentu lajunya, seakan tidak ada semangat. Kecuali semangat pada anak-anak muda timnas U-19 yang mampu mempersembahkan Piala AFF pertama bagi timnas sepakbola Indonesia. Namun tanpa gelar untuk senior, belumlah lengkap.

Cobaan semakin berat ketika timnas Indonesia harus diberikan sanksi oleh FIFA, dan untuk sementara tidak akan bermain untuk laga-laga internasional. Namun Tuhan seakan tak rela dengan keterpurukan sepakbola Indonesia, selama kurang lebih satu tahun Indonesia dikucilkan oleh FIFA, akhirnya FIFA pun memcabut sanksi untuk Indonesia. Dan berhak mengikuti kembali turnamen internasional dan juga dalam waktu dekat itu akan mengikuti turnamen sepakbola se-Asia Tenggara yang diikuti oleh timnas Indonesia di group A yang dihuni oleh tuan rumah Filipina, Singapura, dan Thailand lawan yang begitu tangguh.

PSSI pun mempercayai kepada Alfred Riedl sebagai kepala pelatih timnas Indonesia walaupun beberapa kali ia tak mampu mempersembahkan Tropi Piala AFF untuk Indonesia. Ia pun sangat bertekad untuk mempersembahkan Piala AFF 2016 dengan semua kemampuannya. Namun masih saja ada kendala, Alfred Riedl hanya diperbolehkan memboyong dua pemain dalam setiap klub, dan ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Alfred Riedl. Alfred Riedl pun datang ke Filipina dengan skuad seadanya, ditambah dengan tak bisa bermainnya Irfan Bachdim pemain inti yang terkena cedera saat berlatih. Bermodalkan 4 kali pertandingan persahabatan dengan Malaysia, Myanmar dan dua kali dengan Vietnam. Indonesia hanya mampu memenangkan satu pertandingan melawan Malaysia 3-0, imbang tanpa gol melawan Myanmar, 2-2 dengan Vietnam di pertandingan pertama dan tumbang 3-2 di pertandingan terakhir. Tapi Riedl yakin dengan skuadnya ini mampu membawa Indonesia menjadi juara.

Perjuangan diawali dengan melawan Thailand pada 19 November 2016, Indonesia gagal meraih poin penuh karena kalah 4-2 dari negara berjuluk "Gajah Putih" itu. Sebenarnya Indonesia sempat mengimbangi 2-2 saat Boaz Salossa dan Lerby Eliandri menyamakan kedudukan, namun Thailand mampu kembali unggul di menit-menit terakhir.

Pertandingan kedua pada 22 November 2016 melawan tuan rumah Filipina harus dimaksimalkan oleh Indonesia. Namun hanya hasil imbang 2-2 yang diraih Indonesia. Sempat dua kali mengungguli Filipina, lagi-lagi pada menit-menit terakhir Philip Younghusband mampu menyamakan kedudukan berkat tendangan bebasnya.

Indonesia harus tampil habis-habisan (memenangkan pertandingan) melawan Singapura sambil berharap Filipina kalah atau imbang melawan Thailand jika Indonesia ingin tampil di semi final.

Tepat pada 25 November 2016 pukul 19.00 WIB, Indonesia bermain hidup dan mati melawan timnas Singapura yang juga ingin melaju ke semi final. Singapura mempunyai keunggulan yaitu baru satu gol yang bersarang ke gawang Singapura namun belum bisa mencetak gol sama sekali. Sementara Indonesia sudah kebobolan 6 gol dan memasukkan 4 gol. Di waktu yang bersamaan pula, Filipina akan melawan Thailand yang sudah memastikan lolos ke semi final dengan 6 poinnya hasil dua kali kemenangan. Jika Filipina imbang dan Indonesia pun imbang, maka Filipina yang akan melaju ke semi final kecuali jika Indonesia atau Singapura memenangkan pertandingan, maka sang tuan rumah Filipina akan tersingkir.

Sebagai bangsa Indonesia yang cinta akan tanah air, jantung saya sangat berdebar-debar ketika peluit pertama dibunyikan oleh wasit asal Suriah. Saya berdoa dalam hati semoga saja Indonesia bisa memenangkan pertandingan dan bisa melaju ke semi final. Walaupun tak bisa berada di lapangan langsung atau mendukung langsung di Filipina, cukup di rumah saja saya mendukung sang Garuda dan berdoa yang terbaik bagi timnas Indonesia.

Di awal-awal pertandingan Indonesia menampilkan permainan yang agresif, beberapa kali para pemain Indonesia pun sempat mengancam gawang Singapura yang dikawal oleh pemain senior berumur 32 tahun itu. Dan ketika itu saya yakin bahwa Indonesia bisa mengalahkan Singapura yang terlihat kurang berkembang permainannya, hanya mengandalkan serangan balik saja. Namun pada menit ke 26, hati saya seakan tak bisa menerima, tertegun melihat gawang yang dikawal Kurnia Meiga harus dibobol oleh striker Singapura bernama Khairul Amri. Berawal dari lemparan ke dalam, pemain belakang singapura berumur 22 tahun menyundul dan tertuju kepada Khairul Amri yang tak terkawal pemain belakang Indonesia, dan striker Singapura itu pun langsung menghujam gawang Indonesia melalui sepakan setengah vollynya yang indah. Alhasil, kedudukan pun berubah 1-0 untuk keunggulan Singapura sementara.

Langkah Indonesia pun semakin berat, dan Indonesia mau tidak mau harus berusaha membalikkan keadaan jika ingin lolos ke semi final.

Babak pertama pun berkesudahan dengan keunggulan Singapura sementara. Saya pun semakin berdoa agar timnas bisa menyamakan kedudukan di babak kedua. Dan doa saya seakan terkabulkan, menit ke 63 Indonesia bisa menyamakan kedudukan. Berawal dari akselerasi Rizky Ripora melewati pemain belakang Singapura, lalu mengirim umpan silang ke dalam kotak penalty. Andik yang tak terkawal pun menerima umpan manis itu dengan tendangan firs timenya yang melesat ke jala kiri Singapura, Andik pun bersujud syukur, para official team pun merayakan gol itu dengan gembira. Kedudukan pun berubah menjadi sama kuat, dan asa untuk ke semi final pun semakin terbuka lebar.

Tak lama setelah itu Zulham Zamrun dan Ferdinand Sinaga pun dimasukkan oleh pelatih Alfred Riedl, dan bersamaan dengan itu ada informasi bahwa Thailand sementara mengungguli Filipina 1-0. Dan Indonesia pun harus memanfaatkan situasi ini, karena jika berhasil mengalahkan Singapura, Indonesia akan otomatis lolos ke semi final. Jika imbang, kemungkinan besar Indonesia akan angkat koper lehih dulu.

Waktu normal tersisa 8 menit lagi, dan satu menit setelah itu tepatnya menit ke-83 semua pendukung Indonesia bersorak baik yang ada di lapangan ataupun di rumah. Stefano Lillipaly berhasil menjadi pahlawan bagi Indonesia berkat gol pentingnya. Berawal dari serangan balik Indonesia, Boaz berlari kencang hingga hampir melewati garis pembatas, namun sebelum melewati garis pembatas Boaz mengirim umpan silang yang tak bisa diantisipasi oleh kedua pemain belakang Singapura yang salah satunya berumur 38 tahun itu, Stefano Lillipaly berdiri bebas dan seakan tak menduga bahwa bola akan datang ke hadapan dirinya, tanpa basa-basi ia langsung menendang bola itu dengan kencang dan melesat masuk ke jala pojok kanan gawang Singapura, sang kiper dan para pemain Singapura pun hanya bisa melihat bola itu masuk ke dalam gawang. Stefano berlari ke pinggir lapangan merayakan golnya itu yang jika sampai peluit terakhir dibunyikan akan membawa timnas lolos ke semi final menemani Thailand.

Sisa waktu terasa sangat lama bagi Indonesia, namun terasa sangat sebentar bagi Singapura. Hingga peluit akhir dibunyikan, skor tetap tidak berubah; 1-2 untuk keunggulan Indonesia yang membawanya ke semi final. Para pemain pun bersujud syukur akan kemenangan itu. Perjuangan mereka sampai ke semi final sangatlah sulit, tetapi mereka mampu membuktikannya. Ini adalah pencapaian yang baik mengingat timnas Indonesia baru saja bebas dari sanksi FIFA.

Namun, perjalanan Indonesia belumlah berakhir sampai disitu. Indonesia harus bisa memenangkan laga di semi final jika ingin melaju ke final dan merebut gelar juara Piala AFF 2016 yang sangat didambakan bangsa Indonesia.

Semoga saja saya bisa menulis di blog ini lagi ketika melajunya Indonesia ke babak puncak dan merengkuh gelar juara Piala AFF 2016. Semoga saja. Mari kita dukung mereka dengan doa dan berbagai hal apa pun. Jangan benci mereka ketika kalah ataupun diam ketika mereka menang. Kita bangsa Indonesia. Jika kita cinta tanah air ini, cintai pula sepakbola Indonesia.

Salam Sepakbola Indonesia!!!
Salam Indonesia Juara!!!
Dukung Timnas Indonesia!!!

Jumat, 11 November 2016

10 NOVEMBER : HARI PAHLAWAN (HANYA SEKEJAP SAJA?)

Kemarin kita memperingati Hari Pahlawan pada 10 November, perjuangan yang tidak akan pernah terbalaskan. Penuh duka, luka, amarah, nyawa yang beterbangan; pergi ke tempat yang indah. Ya, para pahlawan Bangsa Indonesia yang telah berjuang jiwa dan raga mempertahankan negeri seribu cerita ini. Perjuangan yang amat mulia nan suci, yang sekarang kita menikmati hasil perjuangan dan pertempuran para mereka yang berjiwa tempur mempertahankan banyak jiwa.

Dan tanggal itu dan tahun itu : 10 November 1945, diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari yang amat sakral, berharga, berpengaruh banyak terhadap persendian umat Nusantara.  Hingga para pendiri negara pun menjadikan tanggal itu menjadi tanggal bersejarah, demi mengenang atau lebih tepatnya menghormati jasa para mereka sang pahlawan negara dan rakyat banyak.

Dan sekarang, pada tahun 2016 tanggal bersejarah itu kembali datang dengan sejuk dan tanpa duka, meski 6 hari sebelum itu; terjadi unjuk rasa dari para ormas islam yang menuntut ditegakkannya hukum kepada yang bersangkutan atau menurut mereka yang telah menistakan agama.

10 November 2016, semua rakyat Nusantara memperingati atau bahkan merayakan salah satu hari bersejarah ini. Di setiap sekolah, melakukan berbagai pengapresiasian, perlombaan antarkelas, atau hal-hal yang lain yang bisa mengingatkan mereka kepada para pejuang yang telah rela mengorbankan jiwa raganya. Dan juga apakah benar dengan hal itu; dengan perlombaan memperingati hari bersejarah itu para siswa ataupun kalangan lainnya bisa mengingat perjuangan mereka? Apakah bisa merasakan dalam hati akan sakitnya dan pedihnya perjuangan para pejuang masa dahulu? Apakah mereka juga bisa menghargai dengan penghargaan maha besar atau entah apa itu untuk membuat para pejuang yang ada di alamnya merasakan kebanggaan, senang, atau merasa tersanjung dan terhormat dengan apa yang sudah generasinya lakukan? Apa mungkin mereka yang memperingati Hari Pahlawan itu hanya ingin mengambil kesempatan untuk sekedar berlibur atau merilekskan pikiran dengan macam-macam perlombaan itu? Perlu ditanya apakah mereka sama sekali tidak mengenang kejadian masa lampau itu; meski hanya sekedar memberikan doa kepada mendiang para pejuang dan pahlawan bangsa yang amat penting itu? Apakah setelah perlombaan atau memperingati hari itu selesai, selesai pula mereka ingat akan pahlawan masa lampau? Apa hanya sehari itu saja? Cukup sehari saja? Apa setega itu? Apa mereka pikir memperingati seperti itu saja sudah cukup dan sudah memberikan sesuatu yang amat diinginkan oleh para pahlawan kita? Tentu saja tidak, kita sebagai generasi emas dan pemuda harus terus mempertahankan keutuhan NKRI ini dengan jiwa dan raga kita seperti para pahlawan dahulu melakukannya untuk kita. Bukan hanya 10 November saja kita mengaplilasikannya, tetapi setiap saat kita harus mengaplikasikannya; mempertahankan negara kita tercinta ini dengan berbagai cara. Jangan sampai negeri ini bisa dijajah oleh negara-negara lain. Jangan salah, banyaknya produk luar negeri yang banyak masuk ke Indonesia bukan berarti tidak berdampak apa-apa, itu semua justru bukti bahwa kita masih dijajah oleh negara pengekspor itu secara tidak langsung. Pernahkah kita berpikir sampai kesana? Kalau begitu, kenapa kita hanya diam saja? Ya, saya tahu dengan apa kita menghentikannya 'kan? Ya begitulah, tidak ada yang bisa menghentikannya dengan semudah itu. Tetapi kita bisa melakukannya dengan berbagai hal, dengan menggunakan kemampuan yang kita miliki, kita bisa mengalahkan mereka. Tentunya dengan jiwa nasionalisme yang tinggi. Jangan pernah kenal kata "menyerah", lakukan sesuatu hal yang terbaik bagi negeri kita tercinta ini, agar perjuangan para pahlawan dahulu tidaklah sia-sia. Karena sejatinya, tidak ada hal yang sia-sia di dunia ini. Semuanya mempunyai kepentingan masing-masing.

Jadi, kita tidak hanya melakukan penghormatan perjuangan para pahlawan terdahulu hanya di hari-hari penting saja, namun kita harus bisa melakukan penghormatan itu dengan cara positif yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat bukan hanya hari-hari tertentu saja seperti 10 November ini. Setiap hari kita bisa membuktikan kepada para pahlawan bangsa, bahwa kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga dan mempertahankan NKRI ini, dan bukan hanya TNI POLRI saja yang melakukan hal itu. Kita sebagai rakyat/bangsa/kekuatan pendukung sepatutnya melakukan hal-hal yang membuat para pahlawan dan para pendiri negara terdahulu merasa senang, bahagia, dan juga merasa terhormat serta dihargai. Semoga dengan peringatan 10 November ini, kita semua bisa lebih meningkatkan jiwa nasionalisme kita.

Sekian, terimakasih.

Rabu, 02 November 2016

BEDAH BUKU DI SEKOLAH

Assalamualaikum sobat saya yang baik hatinya, sebelumnya saya mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda walaupun sudah lewat 5 hari yang lalu. Tanggal 28 Oktober 2016 (Jum'at) sangat bertepatan sekali dengan acara di sekolah saya yaitu "Acara Bedah Buku". Acara ini baru pertama kali dilaksanakan di sekolah saya, dan ini merupakan satu loncatan besar untuk menumbuhkan minat dunia sastra kepada para siswa-siswi di sekolah saya. Sebelumnya, minat murid untuk membaca di sekolah saya masihlah sangat kurang, entah mengapa saya juga tidak tahu. Padahal, membaca itu sangat penting untuk menambah ilmu. Baik ilmu alam, sosial, budaya, ataupun ilmu-ilmu lainnya. Saya sendiri mulai cinta membaca ketika beranjak di Sekolah Dasar, dan sampai saat ini saya masih cinta akan membaca. Karena bagi saya, hidup tanpa membaca itu akan terasa hampa. Boleh alay dikit kali ya, hihihi... :)

Kembali ke pokok permasalahan, ceileh... Sesuai dengan judul postingan kali ini, saya akan membahas tentang Acara Bedah Buku yang diadakan oleh sekolah saya yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Buku yang akan dibahas adalah buku berjudul "Cinta Dalam Tumpukan Jerami" karya penulis asal Palembang bernama Mahabb Adib Abdillah. Ia alumnus dari Universitas Padjajaran, Bandung. Saya menyimak waktu itu Kang Adib mengambil jurusan Kesejahteraan Sosial. Moderator dari acara ini adalah Bapak Herwan, guru PAI saya yang cukup nyentrik dan unik. Metode belajarnya cukup bisa membuat murid di sekolah saya tidak merasakan kejenuhan saat belajar.

Sebelum acara dimulai, Pak Moderator memberikan sambutan singkat mengenai motivasi hidup. Pak Herwan bercerita singkat seperti ini (yang saya simak) : "Disebuah desa, ada seorang anak yang melihat balon gas berwarna Merah diterbangkan ke langit, lalu tak lama setelah itu ada balon gas berwarna Biru yang terbang ke langit, dan setelahnya ada balon berwarna Ungu juga terbang ke langit, dan seterusnya. Anak itu bingung kok kenapa balon gas yang warnanya beda itu bisa terbang semua. Dan ada seseorang yang mencoba menjelaskan kepada anak itu, 'Nak, semua warna itu bisa terbang, asalkan komposisinya tepat, ukurannya tepat', dan anak itu pun mengerti. Jadi, mau kalian jurusan IPA, IPS, atau bahasa; kalian semua bisa terbang, layak terbang, asalkan komposisinya tepat", tutup Pak Herwan yang diiringi tepuk tangan dari para peserta Bedah Buku.

Selanjutnya, Kang Adib (penulis) pun memperkenalkan diri yang dipersilahkan oleh Pak Herwan. Diatas saya sudah membocorkannya sedikit. Dan sekarang saya akan lebih memperjelas. Kang Adib ini sudah tidak mempunyai kedua orangtua sejak kecil, dia hidup dengan bekerja keras. Sejak SMA, Kang Adib sudah bisa berpenghasilan sendiri dengan bekerja sebagai Wartawan Sekolah, kalau tidak salah di Sriwijaya Post, saya juga kurang ingat waktu itu. Tampilannya nyentrik banget dengan memakai bando. Dan sepertinya Kang Adib pun orangnya cukuo unik. Ia juga sebelumnya pernah membuat sebuah buku yang berjudul kalau gak salah "Universitas Jatinangor Oxpord", kalian bisa cek sendiri di mbah google. Ia juga salah satu anggota di Forum Lingkar Pena cabang Jawa Barat juga bersama Pak Herwan di Sukabumi. Kang Adib sendiri menulis buku "Cinta Dalam Tumpukan Jerami" sejak tahun 2007-2013. Dan baru diterbitkan pada tahun 2016, waktu yang sangat panjang. Ia sendiri mengatakan buku ini bercerita tentang perjalanan cinta. Kang Adib juga mengisahkan seorang anak keturunan yang hidup di sebuah daerah, saya kurang begitu jelas saat itu mendengarkannya. Pokoknya, acara bedah buku saat itu sangatlah seru. Apalagi ketika sesi tanya-jawab, Kang Adib sangat lihay sekali dalam menjawab dari 8 orang penanya. Saya ingat ketika Kang Adib menjawab pertanyaan dari salah satu penanya, bahwa penulis itu jangan takut di kritik, karena kritik itu bisa membuat kita tahu dimana letak kelamahan penulisan kita, sehingga kita bisa memperbaikinya ketika menulis lagi. Inspirasi dari menulis itu banyak sekali, tidak dengan harus selalu dengan mood. Menulis itu tidak dengan mood, tapi jalani saja. Inspirasi akan datang dari mana saja.

Acara bedah buku itu juga diselingi dengan hiburan pembacaan Puisi dari siswi kelas X IPA 1, siswi itu merupakan peraih juara 1 lomba puisi satu hari sebelum pelaksanaan acara Bedah Buku. Sebelumnya yang akan tampil adalah juara musikalisasi puisi, namun karena ada halangan, juara 1 puisi lah yang turun memberikan hiburan. Pembacaan puisi dari siswi itu sangat bagus, hingga semua pendengar pun terkagum-kagum, termasuk saya.

Setelah acara selesai, kami diberi tahu bahwa para peserta bedah buku akan diberikan sertifikat atas acara yang berlangsung ini dari dinas atau apa ya, saya lupa lagi. Hal itu disampaikan oleh Wakasek Bidang
Kurikulum, Bapak Sumardi yang tak lain adalah guru Bahasa Indonesia di sekolah saya dan sempat membuka acara bedah buku ini diawal. Saya sangat senang sekali dengan kabar itu. Setelah itu, kami pun diberikan kesempatan untuk berfoto-foto bersam Kang Adib, sang penulis "Cinta Dalam Tumpukan Jerami". Saya ingin sekali membaca bukunya. Sepertinya sangat menarik dan bagus sekali untuk dibaca.

Dan kesimpulannya, acara bedah buku ini sangat sukses dilaksanakan dan sangat berdampak positif bagi sekolah maupun pelajar untuk lebih meningkatkan semangat dalam dunia sastra, khusunya dalam membaca.

Foto diatas merupakan foto pertama saya dengan seorang penulis profesional. Kang Adib ada di posisi ke-3 dari kiri yang menggunakan bando, sementara di sebelah kang Adib adalah Pak Herwan yang tak lain adalah moderator dari acara bedah buku dan sekaligus guru PAI saya yang unik. Dan kelima makhluk lainnya adalah saya dan rekan-rekan saya di kelas XII IPA 3 (UNSOSTIC). Pada tahu kali ya mana wajah saya? Hihihi...

Sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat. Assalamu'alaikum Wr.Wb....