https://www.histats.com/viewstats/?act=1&operation=1002&u=1993123xc1bd05b8b

Rabu, 02 November 2016

BEDAH BUKU DI SEKOLAH

Assalamualaikum sobat saya yang baik hatinya, sebelumnya saya mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda walaupun sudah lewat 5 hari yang lalu. Tanggal 28 Oktober 2016 (Jum'at) sangat bertepatan sekali dengan acara di sekolah saya yaitu "Acara Bedah Buku". Acara ini baru pertama kali dilaksanakan di sekolah saya, dan ini merupakan satu loncatan besar untuk menumbuhkan minat dunia sastra kepada para siswa-siswi di sekolah saya. Sebelumnya, minat murid untuk membaca di sekolah saya masihlah sangat kurang, entah mengapa saya juga tidak tahu. Padahal, membaca itu sangat penting untuk menambah ilmu. Baik ilmu alam, sosial, budaya, ataupun ilmu-ilmu lainnya. Saya sendiri mulai cinta membaca ketika beranjak di Sekolah Dasar, dan sampai saat ini saya masih cinta akan membaca. Karena bagi saya, hidup tanpa membaca itu akan terasa hampa. Boleh alay dikit kali ya, hihihi... :)

Kembali ke pokok permasalahan, ceileh... Sesuai dengan judul postingan kali ini, saya akan membahas tentang Acara Bedah Buku yang diadakan oleh sekolah saya yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Buku yang akan dibahas adalah buku berjudul "Cinta Dalam Tumpukan Jerami" karya penulis asal Palembang bernama Mahabb Adib Abdillah. Ia alumnus dari Universitas Padjajaran, Bandung. Saya menyimak waktu itu Kang Adib mengambil jurusan Kesejahteraan Sosial. Moderator dari acara ini adalah Bapak Herwan, guru PAI saya yang cukup nyentrik dan unik. Metode belajarnya cukup bisa membuat murid di sekolah saya tidak merasakan kejenuhan saat belajar.

Sebelum acara dimulai, Pak Moderator memberikan sambutan singkat mengenai motivasi hidup. Pak Herwan bercerita singkat seperti ini (yang saya simak) : "Disebuah desa, ada seorang anak yang melihat balon gas berwarna Merah diterbangkan ke langit, lalu tak lama setelah itu ada balon gas berwarna Biru yang terbang ke langit, dan setelahnya ada balon berwarna Ungu juga terbang ke langit, dan seterusnya. Anak itu bingung kok kenapa balon gas yang warnanya beda itu bisa terbang semua. Dan ada seseorang yang mencoba menjelaskan kepada anak itu, 'Nak, semua warna itu bisa terbang, asalkan komposisinya tepat, ukurannya tepat', dan anak itu pun mengerti. Jadi, mau kalian jurusan IPA, IPS, atau bahasa; kalian semua bisa terbang, layak terbang, asalkan komposisinya tepat", tutup Pak Herwan yang diiringi tepuk tangan dari para peserta Bedah Buku.

Selanjutnya, Kang Adib (penulis) pun memperkenalkan diri yang dipersilahkan oleh Pak Herwan. Diatas saya sudah membocorkannya sedikit. Dan sekarang saya akan lebih memperjelas. Kang Adib ini sudah tidak mempunyai kedua orangtua sejak kecil, dia hidup dengan bekerja keras. Sejak SMA, Kang Adib sudah bisa berpenghasilan sendiri dengan bekerja sebagai Wartawan Sekolah, kalau tidak salah di Sriwijaya Post, saya juga kurang ingat waktu itu. Tampilannya nyentrik banget dengan memakai bando. Dan sepertinya Kang Adib pun orangnya cukuo unik. Ia juga sebelumnya pernah membuat sebuah buku yang berjudul kalau gak salah "Universitas Jatinangor Oxpord", kalian bisa cek sendiri di mbah google. Ia juga salah satu anggota di Forum Lingkar Pena cabang Jawa Barat juga bersama Pak Herwan di Sukabumi. Kang Adib sendiri menulis buku "Cinta Dalam Tumpukan Jerami" sejak tahun 2007-2013. Dan baru diterbitkan pada tahun 2016, waktu yang sangat panjang. Ia sendiri mengatakan buku ini bercerita tentang perjalanan cinta. Kang Adib juga mengisahkan seorang anak keturunan yang hidup di sebuah daerah, saya kurang begitu jelas saat itu mendengarkannya. Pokoknya, acara bedah buku saat itu sangatlah seru. Apalagi ketika sesi tanya-jawab, Kang Adib sangat lihay sekali dalam menjawab dari 8 orang penanya. Saya ingat ketika Kang Adib menjawab pertanyaan dari salah satu penanya, bahwa penulis itu jangan takut di kritik, karena kritik itu bisa membuat kita tahu dimana letak kelamahan penulisan kita, sehingga kita bisa memperbaikinya ketika menulis lagi. Inspirasi dari menulis itu banyak sekali, tidak dengan harus selalu dengan mood. Menulis itu tidak dengan mood, tapi jalani saja. Inspirasi akan datang dari mana saja.

Acara bedah buku itu juga diselingi dengan hiburan pembacaan Puisi dari siswi kelas X IPA 1, siswi itu merupakan peraih juara 1 lomba puisi satu hari sebelum pelaksanaan acara Bedah Buku. Sebelumnya yang akan tampil adalah juara musikalisasi puisi, namun karena ada halangan, juara 1 puisi lah yang turun memberikan hiburan. Pembacaan puisi dari siswi itu sangat bagus, hingga semua pendengar pun terkagum-kagum, termasuk saya.

Setelah acara selesai, kami diberi tahu bahwa para peserta bedah buku akan diberikan sertifikat atas acara yang berlangsung ini dari dinas atau apa ya, saya lupa lagi. Hal itu disampaikan oleh Wakasek Bidang
Kurikulum, Bapak Sumardi yang tak lain adalah guru Bahasa Indonesia di sekolah saya dan sempat membuka acara bedah buku ini diawal. Saya sangat senang sekali dengan kabar itu. Setelah itu, kami pun diberikan kesempatan untuk berfoto-foto bersam Kang Adib, sang penulis "Cinta Dalam Tumpukan Jerami". Saya ingin sekali membaca bukunya. Sepertinya sangat menarik dan bagus sekali untuk dibaca.

Dan kesimpulannya, acara bedah buku ini sangat sukses dilaksanakan dan sangat berdampak positif bagi sekolah maupun pelajar untuk lebih meningkatkan semangat dalam dunia sastra, khusunya dalam membaca.

Foto diatas merupakan foto pertama saya dengan seorang penulis profesional. Kang Adib ada di posisi ke-3 dari kiri yang menggunakan bando, sementara di sebelah kang Adib adalah Pak Herwan yang tak lain adalah moderator dari acara bedah buku dan sekaligus guru PAI saya yang unik. Dan kelima makhluk lainnya adalah saya dan rekan-rekan saya di kelas XII IPA 3 (UNSOSTIC). Pada tahu kali ya mana wajah saya? Hihihi...

Sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat. Assalamu'alaikum Wr.Wb....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar