![]() |
Anggota Muda GSSTF UNPAD 2018 |
Tanggal
26-28 Oktober 2018 adalah tanggal dan hari yang spesial dalam hidupku. Karena pada
tanggal 28 Oktober 2018 yang juga bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, aku dan
kawan-kawan resmi diterima sebagai anggota muda GSSTF (Gelanggang Seni Sastra Teater
dan Film) UNPAD. Mimpiku seakan menjadi kenyataan, dan memang mimpiku kini telah
menjadi nyata. Sebelum diterima dan masuk di UNPAD, aku sudah mengincar GSSTF
jika memang aku diterima di kampus yang digandrungi calon mahasiswa di
Indonesia itu. Sederhana, aku hanya suka menulis dan ingin menjadi penulis. Maka
dari itu, GSSTF adalah wadah yang cocok bagiku untuk mengembangkan bakat
menulisku.
Diterima menjadi anggota muda alias angmud bukanlah hal
yang mudah. Kami harus melalui beberapa rangkaian terlebih dahulu. Pertama,
kami harus mendaftar dan wawancara terlebih dahulu. Aku sendiri di wawancarai
langsung oleh Teh Esa selaku Lurah GSSTF UNPAD 2018. Aku menjawab semua
pertanyaannya dengan begitu baik, ditengah menjawab pertanyaan aku pun diminta
untuk membacakan sebuah puisi. Awalnya aku gugup, namun aku harus bisa
membuktikannya, akhirnya aku pun mampu membacakan sepenggal puisi meski belum
maksimal 100%.
Pada tanggal 30 September 2018, GSSTF melakukan Parade
atau pertunjukan 5 Mahakarya yang diselenggarakan di Dago Tea House, Bandung. Tanpa
pikir panjang aku pun langsung membeli tiketnya karena sangat disarankan oleh
kakak tingkat di GSSTF karena dengan begitu aku bisa melihat karya dari GSSTF.
Benar saja, karya-karya mereka begitu spesial hingga aku terkagum-kagum dibuatnya.
Yang aku tidak bisa lupakan adalah pementasan teater yang berjudul “PERIHAL
ORANG MISKIN YANG BAHAGIA”. Akting mereka begitu totalitas, dari mulai
intonasi, pergerakan, dan juga penguasaan panggung. Selain itu, tata rias, lighting, dan musiknya pun begitu
mendukung hingga ending yang membuatku tak bisa melupakannya sampai saat ini.
Satu minggu setelahnya, barulah rangkaian pertama atau
PDS 1 (Pendidikan Dasar Seni) dimulai. Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Aku
pun jatuh di kelompok Snow White. Jadi, setiap kelompok harus memakai kostum
sesuai dengan nama kelompoknya. Aku pun berperan sebagai rusa yang ada dalam
peran Snow White. Baru pertama kalinya aku memakai kostum-kostum seperti itu. Namun
sejujurnya aku bahagia karena bisa menyingkirkan rasa maluku ketika harus
berjalan-jalan keliling kampus menggunakan kostum unik seperti itu wkwk. Selain
itu, di salah satu pos kami diharuskan menampilkan sebuah pentas teater singkat
dengan tema yang sudah ditetapkan setiap kelompoknya. Kelompokku mendapatkan
tema tentang kejujuran. Dan alhasil, kelompokku mampu keluar sebagai juaranya
wkwk tanpa disangka-sangka karena konsep yang dirasa belum terlalu baik.
![]() |
Calon Anggota memakai atribut sesuai tema kelompoknya |
PDS 1 selesai, PDS 2 pun datang. Untuk PDS 2 ini, kami
para CAANG (Calon Anggota) diwajibkan mengikuti kelas selama dua minggu
berturut-turut dengan setiap minggunya agenda kelas Senin-Jum’at jam 4 sore. Disitu
kami diberikan materi mengenai kelas sastra, teater, film, dan juga artistik. Meskipun
aku ada kesibukan lain, aku usahakan untuk datang kelas meski harus telat
karena itu sangat berharga bagiku.
![]() | |
Kelompokku (Snow White) berhasil menjadi yang terbaik dalam pementasan |
Sebelum PDS 2 berakhir, kami pun diberikan tugas oleh panitia
untuk membuat film dan menampilkan tetaer saat PDS Puncak. Agenda perkuliahan
ku pun semakin padat dan mau tidak-mau harus mampu membagi waktu untuk syuting
film meski sampai larut malam bahkan menginap di lokasi syuting ceileh wkwk. Film yang kelompok kami
buat ialah tentang seseorang bernama Bias yang hidupnya sangat bebas tanpa
memperdulikan orang-orang di sekitarnya. Begitu pula teater dengan judul yang
sama, namun penampilannya yang berbeda. Kami syuting film kurang lebih memakan
waktu sekitar satu minggu, dan itu sangat ku nikmati prosesnya.
![]() |
Proses editing film kelompokku |
Tak terasa, malam puncak pun tiba. Sebelum malam puncak
tiba, aku dan teman-teman disibukkan mencari dan menyiapkan barang bawaan dari
yang kecil hingga besar karena kami akan menginap tiga hari di tempat yang
bernama “Sekolah Alam Pelopor” yang berlokasi di Rancaekek, Bandung. Aku begitu
menantikan PDS Puncak tersebut.
Hari pertama (tepatnya di malam hari), panitia pun
menayangkan film dari masing-masing kelompok untuk dinilai. Aku begitu antusias
menunggu film dari kelompok lain sekaligus was-was dengan film kelompokku sendiri
wkwk. Kelas pun selesai pukul setengah dua belas malam. Aku begitu mengantuk
dan langsung tertidur bersama di suatu ruangan kelas seperti PAUD.
![]() |
Ruangan tidur |
Sekitar jam 4.30 pagi kami dibangunkan untuk shalat
shubuh. Setelah itu, kami pun berlari tanpa menggunakan alas kaki mengelilingi
perkampungan warga. Rasanya segar sekaligus kaki terasa cukup sakit menginjak
bebatuan kecil. Dan hal itu merupakan bagian dari kelas teater karena seorang
pementas/pemain teater harus mempunyai fisik yang kuat agar saat di panggung
mampu memberikan penampilan yang terbaik.
Setelah lari selesai, kami pun masuk ke materi teater
yang materinya dibawakan oleh Kang Syahan alumni GSSTF 2010 dan merupakan
sutradara pementasan “Kepada Gemma”. Disitu aku dan teman-teman begitu senang
menerima materi dari Kang Syahan. Sebelum kelas teater berakhir, Kang Syahan meminta
kami untuk tidak mengedipkan mata selama lima menit. Dan jujur, itu merupakan
hal yang cukup sulit sehingga air mataku pun menetes perlahan karena perih
terasa. Namun dibalik itu semua, aku merasakan hikmahnya yang amat dalam :
bersyukur.
![]() |
Kelompokku (7) peraih teater dan artistik terbaik :D |
Selanjutnya kami pun menerima materi dari kelas sastra
yang dibawakan oleh Kang Ridho alumni GSSTF 2014. Disitu kami banyak berbincang
mengenai sastra yang semakin kesini semakin mengalami penurunan. Satu hal yang
menarik adalah ketika Kang Ridho meminta kita untuk membuat suatu cerita perkelompok
dari benda-benda kesayangan kita meski saat itu pula aku baru mendeklarasikan
benda kesayanganku : kertas. Aku satu kelompok dengan teman yang menyangi benda
pulpen dan botol minum. Di dalam cerita itu, antara pulpen, kertas, dan botol
minum saling berinteraksi dalam sebuah percakapan.
![]() |
Makan bersama |
Kelas selanjutnya yaitu kelas artistik. Kami diajari dalam
bermake-up (tata rias) untuk suatu pementasan, konsep lighting, properti, dan juga musik. Karena dalam pementasan teater
aku berperan sebagai pengendali lighting,
aku pun lebih memperhatikan dengan jeli agar malam nanti aku bisa tampil
maksimal membantu para actor yang tampil diatas panggung.
![]() |
Aktor dalam pementasan teater sekaligus lighting dikendalikan olehku wkwk saat suasana marah (merah) |
Sore harinya, kami kedatangan seorang tamu yang amat
spesial. Aku pun sama sekali tidak menyangka bahwa sosok sepertinya akan datang
memberikan suatu cerita kepada kami para pecinta proses. Tamu itu adalah Bang Putrama Tuta seorang sutradara yang telah
menyutradarai beberapa film. Diantaranya adalah film “Catatan Harian Si Boy”
dan yang terbaru ini adalah film tentang kehidupan Pak Basuki Tjahaya Purnama
alias Ahok yang berjudul “A Man Called Ahok”. Bang Tuta bercerita mengenai
pengalaman pertamanya membuat film, yaitu film “Catatan Harian Si Boy” yang
tayang saat tahun 2011. Dia memberikan video tentag pembuatan film tersebut, behind the scene nya, hingga hal-hal
teknis lainnya. Dan yang terakhir Bang Tuta menampilkan trailer film “A Man
Called Ahok” yang akan segera tayang du bioskop Indonesia. Quote yang saya
ingat dari Bang Tuta adalah “jangan menjadi
pekerja film, tapi jadilah pembuat film”. Menurutnya, seorang sutradara
bukanlah ‘Tuhan’, film yang baik bukan datang dari kru-kru yang bekerja untuk
sutradara namun film yang baik adalah mengenai kru-kru termasuk sutradara yang
berkarya untuk film.
Detik, menit, jam pun berlalu. Kami pun makan bersama di
sebuah panggung mini dalam suasana malam yang begitu hangat namun dingin. Disitu
sangat terasa sekali kekeluargaannya. Dalam hati aku berkata, aku akan bahagia
jika bisa terus bersama mereka.
![]() |
Sebelum pementasan kelompok 7 wkwk |
Dan detik-detik pementasan teater pun semakin dekat. Sehabis
makan (tepatnya setelah shalat isya), masing-masing kelompok pun bersiap-siap menyiapkan
kostum dan segaa macamnya untuk pementasan teater. Setengah jam kemudian,
pementasan teater pun dilaksanakan. Kebetulan kelompokku tampil di urutan ke-6
dari 7 penampilan sehingga aku dan teman kelompokku bisa melihat kelemahan dari
kelompok lainnya.
Satu, dua, hingga lima kelompok sudah menampilkan pementasan
teaternya dengan cukup baik. Namun aku yakin bahwa kelompokku akan tampil lebih
baik. Aku sebagai pengendali lighting
pun stand by dibawah panggung untuk
mengkondisikan warna-warna lampunya. Disampingku ada yang memegang bagian
musik. Disitu aku berdoa agar aku dan teman-temanku diberikan kelancaran dalam
pementasan. Lampu utama pun dimatikan, ruangan gelap seketika. Panitia membuka pementasan
kami : “Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film mempersembahkan ‘BIAS’ karya kelompok
7, SELAMAT MENYAKSIKAN”. Seketika aku langsung menyalakan tombol lighting dan memutar lampu berwarna
netral untuk menyorot sang tokoh utama bernama Bias itu. 10 menit berlalu, dan
pementasan pun selesai. Lega rasanya, tak ada cacat sedikit pun. Aku pun
mengucap syukur dalam hati. Lalu kami pun dipersilahkan berjajar diatas
panggung untuk mendengarkan komentar dari para juri.
![]() |
Mendengar komentar para juri |
Pementasan ketujuh kelompok pun selesai sekitar pukul
23.45 dan kami pun kembali ke ruangan tidur (cewek dan cowok terpisah di satu
ruangan besar) untuk beristirahat. Sekitar jam 00.15 kami terbangun dari tidur pulas
karena ada ketukan pintu..... dari panitia yang langsung menyuruh kami untuk
kembali ke ruang pementasan teater tadi.
Dengan mata yang berat kami dikumpulkan di satu ruangan
untuk proses evaluasi kegiatan di hari itu dan
pastinya penuh kedramaan wkwk. Setelah berjam-jam berevaluasi kegiatan,
kami pun diminta untuk berdiri dengan mata yang masih berat wkwk. Disitu kami
ditanya oleh seorang panitia : “Siapa
disini yang merasa pantas untuk menjadi anggota GSSTF 2018 angkat tangannya?!”.
Beberapa orang pun mengangkat tangannya dengan ragu-ragu dan percaya diri.
![]() |
Angkat tangan! |
Setelah satu orang diintrogasi dan diberi sebuah syal
kebanggaan, berangsur-angsur lah para calon anggota mengangkat tangannya
tinggi-tinggi tanpa memperdulikan kengantukannya yang sudah melanda seisi jiwa.
Termasuk aku yang mengangkat tangan dengan penuh percaya diri dan mengutarakan motivasi,
kontribusi, dan alasan mengapa aku pantas diterima sebagi anggota muda GSSTF
UNPAD 2018.
![]() |
Sekitar tengah malam untuk evaluasi |
![]() |
Ketika rasa kantuk makin melanda |
Tak terasa adzan shubuh pun berkumandang. Kami semua
sudah memegang syal masing-masing. Suasana yang mengharu biru ketika para kakak
tingkat memakaikan syal kepada para anggota baru, berpelukan satu sama lainnya
dengan kelompok masing-masing karena telah bekerja sama kurang lebih satu bulan
dari PDS 1, PDS 2, pembuatan film dan latihannya, pembuatan naskah teater dan
latihannya, dan banyak hal lainnya.
Setelah berdrama-drama
akhirnya kami pun shalat shubuh terlebih dahulu sebelum istiraha untuk tidur
karena kalau dihitung-dihitung sudah lebih dari 24 jam kami tidak tidur. Sekitar
jam 2 siang kami pun memilih ketua angkatan anggota baru, dan nama ketua
angkatan baru itu adalah Intan. Sekitar jam 15.30 kami bersiap-siap untuk pulang
ke rumah masing-masing menggunakan angkutan umum yang sudah di sewa sama
seperti keberangkatan sebelumnya.
Aku dan teman-temanku pun sudah resmi menjadi anggota
muda GSSTF UNPAD 2018 dan berhak tidur di
sekre wkwk dan tentunya ikut berproses bersama dalam menggarap suatu produksi,
menciptakan seni yang seindah-indahnya. Mampu bermanfaat dan terkenang hingga
akhir khayat.
Senang terasa
Ku bisa berada diatara mereka pencinta seni
Penikmat proses
Tiada perbedaan diantara kita
Kita bersama dari awal hingga akhir
Kelak, jangan pernah lupakan daku bila kata ‘berpisah’
kembali menggaung
Ingatlah, kita pernah berjuang bersama demi dapatkan
satu syal
Bukan tentang syal semata, namun makna dibaliknya
Kita berjuang rela mata tak tertutup 24 jam
Merelakan tubuh yang semakin lemah namun tetap
berdikari
Kalian memang terhebat
Aku ucapkan ini ‘ATAS NAMA CINTA’
SEKIAN
Jatinangor, 30 Oktober 2018
Salam dariku, Erfransdo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar