Indonesia adalah negara
yang indah, seindah alam dan manusianya. Sungguh banyak hal-hal yang begitu
menarik untuk dibacarakan mengenai keindahan Indonesia, salah satunya adalah
keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Yang membuat aku bangga adalah, bahwa
Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dengan kategori negara dengan
penyumbang keanekaragaman hayati terbesar dibawah Brazil yang berada pada
peringkat pertama. Sungguh disayangkan apabila ada salah satu warga negara
Indonesia yang membenci negaranya sendiri, bahkan ingin pergi selama-lamanya
dari negara yang konon sering disebut sebagai Kota Atlantis yang Hilang ini.
Banyak wisatawan asing
yang sebenarnya mereka tidak begitu kenal dengan Indonesia. Jika ditanya
mengenai Indonesia, mereka pasti akan bingung dan berpikir sejenak untuk
mengingat-ngingat nama Indonesia.
Atau mungkin ada yang tahu tentang Indonesia, namun mereka hanya tahu mengenai
konflik di negara zamrud khatulistiwa ini, semisal mereka tahu bahwa Indonesia
adalah salah satu negara dengan jumlah koruptor terbanyak, dengan
kemiskinannya, atau bahkan dengan negara penghasil sampah plastik terbanyak
nomor dua di dunia.
Masa iya sih mereka
tahu itu semua?
Who knows, bro.
Meskipun Indonesia
memiliki rapor merah, namun Indonesia
menyimpan sejuta keindahan yang tak diketahui banyak orang. Sebagian besar wisatawan asing mungkin tahu kota wisata Bali
dengan keindahan alamnya. Padahal, masih banyak alam-alam Indonesia yang jauh
lebih indah seperti Labuan Bajo di
Flores Nusa Tenggara Timur, Danau Toba atau Taman Nasional Gunung Leuser yang
ada di Sumatera, Taman Nasional Tanjung Puting atau Pulau Pasir Putih di Kalimantan, Taman
Nasional Lore Lindu di Sulawesi, dan masihhhh
banyak lagi. Aku pun ingin sekali mempunyai kesempatan untuk mengunjungi salah
satu tempat yang barusan ku sebut
karena disana sungguh beranekaragam keindahan hayatinya. Aku ingin memanjakan
mata dan berswa foto dengan hewan asli disana.
![]() |
Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur |
![]() | |||
Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah |
![]() |
Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah |
![]() |
Taman Nasional Gunung Leuser di Provinsi Aceh |
Dua bulan yang lalu Indonesia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Di acara itu juga disebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang keanekaragaman hayati terbesar di dunia seperti yang sudah aku sebutkan di paragraf sebelumnya. Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan juga tahun ke tahun keanekaragaman hayati di bumi pertiwi ini akan terus bertambah—apabila tangan-tangan manusia Indonesia tetap menjaga dan melestarikan alam Indonesia, bukan malah mengotorinya dengan tindakan-tindakan bodoh seperti menebang pohon secara liar, membunuh binatang-binatang endemik, atau mencemari lingkungan yang dapat merusak tatanan ekosistem alam.
Sedari tadi aku menyinggung
kata keanekaragaman hayati,
sebenarnya kalian tahu gak sih apa
itu keanekaragaman hayati? Pada dasarnya, keanekaragaman hayati itu merupakan
tingkat variasi bentuk kehidupan dalam, mengingat
ekosistem bioma spesies atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah
ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi
dari iklim.
Dan blablabla segala tetek bengeknya
Ribet, panjang, dan bikin
pusing ya definisinya hahaha, ya
iyalah orang aku dapet dari si—siapa lagi kalau bukan si Mbah Google, hehehe. Kalau menurut versiku sendiri si, keanekaragaman hayati itu adalah
kumpulan makhluk hidup; baik itu hewan, tumbuhan, maupun lingkungan yang berada
pada tatanan ekosistem alam.
Hah? Masih bingung ya? Aku sok tahu ya?
Hehehe maaf ya
kawan-kawan, namanya juga belajar mengemukakan pendapat toh, jangan terlalu dibawa pusing. Kalian bisa mencari tahu
jawabannya sendiri dimana saja, atau mungkin bisa mengartikannya sendiri,
barangkali kalian lebih tahu ketimbang aku ini.
Bagi aku pribadi,
keanekaragaman atau rupa-rupa alam di dunia ini, khususnya di negara kita
tercinta Indonesia, sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Dengan keanekaragaman hayati, kita bisa makan
dengan enak dan hidup dengan sehat. Kita bisa menikmati olahan makanan yang
terbuat dari berbagai tumbuhan dan sayur-sayuran di alam. Kita bisa menikmati
lezatnya daging ayam di rumah makan—bagi yang uangnya masih nyempil ya di
dompet hehehe. Minumnya? Kita bisa
menikmati segarnya es kelapa muda atau jus jeruk, atau apapun itu yang bisa
menyegarkan dahaga.
Indonesia sendiri
memiliki sekurang-kurangnya 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 lebih jenis
sayuran dan umbi-umbian serta rempah-rempah sehingga Indonesia sering dikenal
sebagai surganya rempah-rempah. Mungkin kalian juga ingat mengenai pelajaran
Sejarah ketika SMP atau SMA yang membahas kedigdayaan Indonesia pada masa
penjajahan dengan sumber rempah-rempah yang begitu melimpah, sehingga banyak para
penjajah dari Eropa sana yang rela-rela datang ke Indonesia demi mencari
rempah-rempah.
Kebetulan rumahku ada di
sebuah pedesaan dan dekat dengan pegunungan di daerah Sukabumi—atau
teman-temanku dari luar sering menyebutnya sebagai likeearth (ngerti gak guys
hehehe)—otomatis banyak sekali tanaman-tanaman atau tumbuhan yang bisa
dijadikan sebagai sumber pangan dan kesehatan. Jelas, hal tersebut bisa
dijadikan sebagai bisnis untuk menghasilkan keuntungan. Namun karena hasilnya
masih belum melimpah ditambah pengetahuan masyarakat yang masih terbatas,
hasil-hasil dari penanaman di desaku hanya untuk dimakan kembali oleh si
pemiliknya.
Di belakang rumahku,
misalnya, aku (sebetulnya sih ibuku) memiliki kebun Manihot esculenta (singkong) yang cukup luas dan juga beberapa
pohon Musa paradisiaca (pisang) yang
tersebar di sekitar area rumah. Aku pun memelihara beberapa ekor ayam kampung di belakang rumah lengkap dengan kandangnya. Bahkan duluuu sekali nenekku pernah memelihara kambing di depan rumahku. Namun kini tempat tersebut sudah lama berubah menjadi lahan kebun sungkong.
Hampir setiap minggu ibu selalu memetik daun singkong untuk kemudian dijadikan sebagai tambahan menu makanan, yang sering disebut sebagai sayur singkong, terkadang memakai kuah atau tidak. Sementara daging atau buahnya sendiri, si ketela itu, sering digoreng untuk menemani segarnya pagi ditambah kopi hitam. Sungguh nikmatnya.
Hampir setiap minggu ibu selalu memetik daun singkong untuk kemudian dijadikan sebagai tambahan menu makanan, yang sering disebut sebagai sayur singkong, terkadang memakai kuah atau tidak. Sementara daging atau buahnya sendiri, si ketela itu, sering digoreng untuk menemani segarnya pagi ditambah kopi hitam. Sungguh nikmatnya.
![]() |
Kebun Singkong belakang rumah |
Kalau untuk pisang
sendiri, waktu berbuahnya tidak menentu. Namun kalau kebetulan berbuah, aku
akan sangat senang karena bisa memakan makanan kesukaanku, yaitu pisang goreng.
Kalau tidak digoreng, kadang pisangnya sering dijadikan bahan untuk membuat
makanan ringan lantak. Di daerahku lantak adalah makanan ringan berupa
keripik yang terbuat dari bahan dasar pisang, sering juga disebut keripik
pisang.
![]() |
Makanan lantak |
Selain pohon singkong dan
pisang tadi, di sekitar rumahku pun ada beberapa tanaman lain lagi seperti
pohon pepaya (Carica papaya), pohon
rambutan (Nephelium lappaceum), pohon
jambu air (Syzygium aqueum), dan
masih banyak lagi yang aku sendiri tidak tahu namanya. Selain sebagai sumber
pangan, jenis-jenis tanaman atau tumbuhan tadi pun bisa dimanfaatkan sebagai
sumber kesehatan dalam bentuk obat alami. Misalnya saja daun pepaya bisa dimanfaatkan
untuk menambah nafsu makan, memperkuat tulang dan gigi, mencegah penyakit
kanker, bahkan bisa digunakan sebagai penghilang jerawat dan melancarkan ASI
bagi ibu yang sedang menyusui. Sementara jambu air dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi diare dan perut kembung, melawan infeksi jamur, dan juga dapat
digunakan sebagai pengontrol diabetes.
![]() |
Pohon pepaya dengan buah yang masih muda |
Sudah tidak terbayang lagi manfaat yang bisa diambil dari keanekaragaman hayati ini.
Jawa Barat memang
memiliki keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang begitu melimpah. Sekitar
bulan Desember 2018 yang lalu, aku dan teman-teman melakukan kuliah lapangan ke
Kebun Raya Cibodas, Cianjur. Disana aku begitu dimanjakan dengan pemandangan indahnya.
Udara disana begitu dingin, kebetulan saat aku pergi kesana sedang musim hujan.
Ketika sampai pun, gerimis sudah membasahi jaket almamaterku.
"Keanekaragaman adalah sumber kebahagiaan"--Aphra Behn
Namanya juga Kebun Raya,
pasti banyak sekali jenis tanaman dan tumbuhan mulai dari yang kecil sampai
yang begitu besar. Mulai dari yang berumur muda sampai ribuan tahun telah
berdiri tegak. Salah satu tanaman yang sangat aku ingat adalah tanaman kantung
semar atau dalam bahasa latinnya adalah Nephentes.
Bentuk dan warnanya sangat unik. Aku pun tidak melewatkan untuk mengabadikan
tumbuhan karnivora itu.
FYI, tanaman dan tumbuhan itu ada bedanya guys. Bagi
kalian yang belum tahu, sederhananya tanaman itu adalah jenis organisme yang
ditanam langsung oleh manusia. Sementara kalau tumbuhan itu adalah jenis
organisme yang tumbuh sendiri di alam tanpa bantuan tangan manusia—itu kata
dosenku.
Selain Nephentes yang berukuran kecil, aku pun
kembali dimanjakan dengan tumbuhan yang lainnya, dimana bunga dari tumbuhan ini
ukurannya begitu besar, apalagi kalau
bukan namanya Rafflesia. Ya, aku dan teman-teman menyaksikan salah satu
bunga raksasa di muka bumi ini, yaitu Rafflesia.
Aku sendiri tidak tahu spesiesnya karena tidak melihat begitu jelas namanya
yang ditulis di papan nama yang cukup kecil. Untuk memotonya saja aku sangat
kesulitan karena banyak sekali teman-teman—yang aku tak tahu namanya—yang
berdesakan ingin mengabadikan momen itu. Aku yang terhalang pun mencoba memaksa
untuk memotret, namun ya hasilnya
hanya seadanya saja.
![]() |
Bunga Rafflesia yang hanya kelihatan ujungnya saja |
![]() |
Salah satu pohon dengan umur yang tua di Kebun Raya Cibodas, Cianjur |
Dari membicarakan
Indonesia dengan keindahan alamnya, mulai dari kota kelahiranku Sukabumi sampai
tempat yang menyimpan begitu banyak keindahan tumbuhan, Kebun Raya Cibodas yang
ada di Cianjur, kita tidak akan pernah selesai menceritakan keanekaragaman
hayati yang ada di negeri kita tercinta ini, Indonesia. Belum lagi keanekaragaman hayati yang ada di luar Indonesia, tidak
akan pernah selesailah cerita ini. Sungguh luar biasa kekuasaan Tuhan akan
segala ciptaan indahnya ini.
Tanpa tersadar, lewat cerita sederhana ini, aku semakin mencintai negeri yang kaya ini.Indonesia, aku sungguh mencintaimu.
"Tidak ada yang bisa merusak alam Indonesia menjadi muram, kau akan selalu indah meski bintang menjemput malam, karena ada bulan yang senantiasa menjaga temaram."
Erfransdo
Sukabumi, 14 Juli 2019
#KeanekaragamanHayati2019
#IDB2019KKH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar