![]() |
Source: tribungayo.com |
Saya tidak kenal siapa
Tiko, namun semua pemberitaan tentang dirinya membuat diri ini menjadi jauh
lebih bersyukur. Di saat banyak anak yang mengeluh kepada orang tuanya bahkan
sampai ada yang membunuh keluarganya sendiri, Tiko seorang pemuda mengajarkan
kita semua tentang arti pengorbanan dan pengabdian kepada orang yang telah
melahirkannya.
Pertama kali saya
mengetahui tentang Tiko yaitu ketika sedang asyik menonton video penelusuran
horor sebuah channel di YouTube. Tidak berapa lama setelah itu, muncul
rekomendasi video dari channel yang tidak saya ikuti. Konten tersebut adalah
tentang penelusuran di sebuah rumah yang sudah tidak terawat alias
terbengkalai.
Berbeda dari konten
penulusuran rumah kosong yang sering saya tonton, untuk kali ini rumah yang
ditelusuri justru masih ada penghuni yang tinggal di dalam rumah “mengerikan”
itu. Usut punya usut, terdapat dua orang yang tinggal di rumah, yang lebih
terlihat seperti wahana horor dari tampilannya, mereka adalah ibu Eny dan
anaknya yang bernama Tiko.
Dari situ, konten
kreator yang membuat konten penelusuran di rumah tersebut merasa tergerak
hatinya untuk mengulik lebih dalam kehidupan Tiko dan ibunya yang diketahui
mengalami gangguan dalam kejiwaannya. Tiko bercerita bahwa setelah ditinggal
oleh ayahnya sepuluh tahun lebih yang lalu, mental ibu Eny menjadi terganggu
hingga ia tidak mau bersosialisasi dengan orang lain di luar.
Ibu Eny menghabiskan
hidupnya tinggal di dalam rumah mewah yang lebih dari satu dekade tidak terawat
seperti rumah kosong yang tidak ada penghuninya. Semenjak ibunya sakit, Tiko
rela putus dari sekolahnya ketika ia masih duduk di bangku kelas 5 SD. Meskipun
begitu, Tiko diketahui mengejar paket untuk meneruskan pendidikannya.
Sepuluh tahun yang
lalu, Tiko dan ibu Eny serta ayahnya hidup bahagia dengan materi yang sangat
cukup terlebih dari rumah mereka yang terlihat sangat mewah. Namun kebahagiaan
itu sirna setelah sang ayah memilih untuk pergi karena perceraian. Sebuah derita
dari anak lelaki yang tidak tahu apa-apa.
Selama sepuluh tahun
lebih itu juga, Tiko tidak pernah meninggalkan ibunya yang mengalami gangguan
kejiwaan. Pemuda itu tidak pernah meninggalkan ibunya sendirian. Pemuda itu
tidak pernah membiarkan ibunya kesepian—dengan keadaan rumah yang dapat
dikatakan sudah tidak layak huni. Tidak ada listrik dan tidak ada air bersih
selama lebih dari sepuluh tahun. Sebuah kehidupan yang tidak akan pernah
dibayangkan oleh pemuda lainnya di dunia ini.
Video pertama dari
channel tersebut membuat saya langsung mengikuti sang konten kreator hingga
tidak pernah absen melihat kelanjutan kontennya yang membahas mengenai Tiko
hingga ia dan kawan konten kreator lainnya berhasil membantu kehidupan Tiko dan
ibunya.
Dengan perjuangan para
konten kreator, masyarakat, dan semua orang yang peduli dengan Tiko dan ibu
Eny, akhirnya ibu Eny berhasil dibawa ke RSJ untuk dilakukan penanganan dan
perawatan. Adegan ketika Tiko tidak rela meninggalkan ibunya membuat saya sakit
hati dan tidak terasa air mata ini mengalir dengan sendirinya. Melihat betapa
seorang anak lelaki yang tidak ingin berada jauh dengan ibu yang sangat
dicintainya.
Tangis saya semakin
pecah di kala ibu Eny memanggil-manggil Tiko anaknya. “Tiko… Tiko… mana
anakku?” dengan teriakan seorang ibu yang sama halnya tidak ingin kehilangan
anaknya.
Saya dan semua orang
yang melihat ibu Eny keluar dari rumah mewah namun terbengkalai tersebut
nampaknya akan terkejut melihat keadaan tubuh ibu Eny yang sangat sehat dan
bugar. Itu semua tidak akan pernah terjadi jika tidak ada pemuda bernama Tiko
yang senantiasa merawat ibunya dalam kondisi apa pun.
Ibu-ibu di dunia ini
sepertinya akan sangat iri kepada ibu Eny karena memiliki anak lelaki yang
sangat tulus merawatnya dengan kondisi paling buruk di tempat yang sama sekali
tidak layak huni.
Tiko yang seumuran
dengan saya sukses membuat saya lemah karena kisahnya yang begitu pilu namun
sangat menginspirasi. Kisah Tiko sejatinya dapat membuat saya menjadi lebih
bersyukur dalam menjalani hidup. Bersyukur masih bisa tinggal di tempat yang
layak, hidup dengan keluarga yang lengkap, dan menempuh pendidikan yang tinggi.
Sekali lagi, terima kasih Tiko. Semua pengorbanan dan perjuangan kamu perlahan-lahan mulai terbalas dengan segala hal baik yang kini kamu terima satu per satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar